Sabtu, 29 Oktober 2011

HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN PENYAKIT GAGAL JANTUNG PADA PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2008


HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN PENYAKIT GAGAL JANTUNG PADA PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2008

Posted: 16 Mei 2011 by Kutau Komputer in Proposal Skripsi
Tag:
BAB I
PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk itu pencapaian tujuan tersebut diperlukan visi yang memberikan gambaran pencapaian tujuan dengan jangka waktu tertentu. Bangsa Indonesia menetapkan “Indonesia Sehat 2010” sebagai visi untuk mencapai pembangunan kesehatan secara optimal. Diharapkan dengan visi ini akan tercapai masyarakat, bangsa dan negara yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serata memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2000).
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian derajat kesehatan yang optimal diantaranya adalah melalui mengurangi angka kematian (mortality) dan angka kesakitan (morbidity) dari suatu penyakit baik yang tergolong dari penyakit menular maupun penyakit tidak menular (PTM). Salah satu penyakit tidak menular adalah penyakit jantung atau kardiovaskuler yang timbul akibat perubahan gaya hidup
Penyakit kardiovaskuler adalah masalah yang serius dan penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantung tersebut merupakan penyakit ke empat yang menyebabkan kematian setelah penyakit ; hipertensi, stroke, gagal ginjal (Lingamanaicker, 2007).
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung merupakan organ pemompa serta pembuluh darah yang pempunyai peranan dalam mengedarkan oksigen, zat makanan, hasil metabolisme dan hormon ke dalam sel-sel tubuh. Didalam sel, darah mengangkut sisa pengolahan dan membawanya ke organ-organ tertentu untuk disaring atau dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal ini berlangsung secara terus menerus seperti siklus yang terjadi didalam tubuh manusia sampai jantung sudah tak sanggup lagi menjalankan kerjanya sehingga terjadilah gagal jantung (decompentation cordis(Priharjo, 1996). Persentase penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantung yang menyebabkan kematian adalah 27 % (Lingamanaicker, 2007).
Gagal jantung atau decompentation cordis adalah penghentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat kekurangan penyediaan darah menyebabkan kematian sel dan kekurangan oksigen ke otak sehingga korban kehilangan kesadaran dan berhenti nafas dengan tiba-tiba (www.wikipedia.co.id.2006).
Faktor – faktor penyebab gagal jantung diantaranya adalah kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga stress. Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelamin yang banyak ditemui pada kasus kegagalan jantung. Menurut Lingamanaicker (2007) semakin tua usia seseorang kemungkinan terhadap serangan jantung lebih besar, juga faktor jenis kelamin, tetapi belum diketahui jelas ras atau golongan mana serta jenis kelamin apa yang banyak terserang serangan gagal jantung tersebut. Demikian juga menurut pendapat mursito, dkk (2004), dengan meningkatnya umur seseorang akan semakin tinggi kemungkinan terjadi penyakit jantung. Peningkatan umur berkaitan dengan pertambahan waktu yang digunakan untuk proses pengendapan lemak pada dinding pembuluh nadi. Disamping itu proses kerapuhan tersebut semakin panjang  sehingga semakin tua seseorang semakin besar kemungkinan serangan penyakit jantung.
Sekitar 3 – 20 per 1000 orang populasi mengalami gagal jantung, prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun) (Gray dkk, 2003). Dari hasil penelitian Framingham menunjukan mortalitas dalam 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita, berdasarkan dari data di Amerika terdapat 3 juta penderita Gagal Jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang, sedangkan untuk di Indonesia angka kejadian tersebut belum pasti (www.kalbefarma.co.id.2002).
Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada bulan April 2008 di poliklinik jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu jumlah pasien dengan gagal jantung mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 sebanyak 185 orang dan 243 orang pada tahun 2007 dengan kejadian terbanyak pada usia lebih dari 40 tahun dan jenis kelamin perempuan.
Sehubungan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti  “ Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Penyakit  Gagal Jantung di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu”.
  1. B.     Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka masalah penelitian adalah masih tingginya Penyakit Gagal Jantung di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Adapun rumusan masalah penelitian adalah “ Apakah ada hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan Penyakit gagal jantung pada pasien Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ? “ .
  1. C.    Tujuan Penelitian
    1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit gagal jantung pada pasien poliklinik jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
  1. Tujuan Khusus
a)      Untuk mengetahui gambaran usia pasien gagal jantung di poliklinik jantung RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2008.
b)      Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin pasien gagal jantung di poliklinik jantung RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2008.
c)      Untuk mengetahui hubungan usia terhadap Penyakit gagal jantung pada pasien di poliklinik jantung RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2008.
d)     Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin terhadap Penyakit gagal jantung pada pasien di poliklinik jantung RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu Tahun 2008.
  1. D.    Manfaat Penelitian
    1. Untuk Rumah Sakit
Bagi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu hasil penelitian ini merupakan masukan tentang hubungan  usia dan jenis kelamin dengan penyakit gagal jantung .
  1. Bagi institut pendidikan
Kiranya dapat menambah literatur kepustakaan tentang hubungan usia dan jenis kelamin dengan penyakit gagal jantung.
  1. Untuk Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
  1. E.     Keaslian Penelitian
Sampai saat ini sepengetahuan peneliti belum ada peneliti yang melakukan penelitian dengan judul yang serupa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

  1. A.    Konsep Gagal Jantung
    1. 1.      Definisi
Ada beberapa definisi tentang gagal jantung, menurut :
  1. Brunner and Sudarth, 2002
Gagal jantung sering disebut gagal jantung kongestif, adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat, untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
  1. Aru W.Sudoyo dan Bambang Setihoyadi, 2006
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/gagal_jantung, 2006
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel dari kekurangan oksigen. Cerebral hypoxia, atau kekurangan penyediaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba.
  1. 2.    Klasifikasi Gagal Jantung
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), gagal jantung terbagi menjadi 3 yaitu:
a)      Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru sehingga manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnoe, batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat( takikardi) dengan bunyi jantung S, kecemasan dan kegelisahan.
b)      Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah secara adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena sehingga manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
c)      Gagal Jantung Sisi Kiri dan Kanan
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapi manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventikel mana yang terjadi.
  1. 3.      Etiologi
Adapun etiologi gagal jantung menurut Brunner and Suddarth (2002)   adalah sebagai berikut :
a)        Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot, mencakup arterisklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
b)        Arterisklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c)        Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertropi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertropi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
d)       Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e)      Penyakit jantung lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasa terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (mis, stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis., tamponade pericardium, perikarditas konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung abnormal (mis, insufisiensi katup AV). peningkatan mendadak afterloadakiabt meningkatnya tekanan darah sistemik (hipertensi “ Maligna”) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada hipertropi miokardinal.
f)         Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. meningkatnya laju metabolisme (mis., demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolik dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia jantung dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan efesiensi keseluruhan fungsi jantung.
Adapun menurut Houn H.Gray (2005) bahwa gagal jantung paling sering disebabkan oleh gagal kontraktilitas miokard seperti yang terjadi pada infark miokard, hipertensi lama, atau kardiomiopati. Namun, pada kondisi tertentu bahkan miokard dengan kontraktilitas yang baik tidak dapat memenuhi kebutuhan darah sistemik ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Kondisi ini disebabkan misalnya masalah mekanik seperti regurgitasi katup berat dan lebih jarang, fistula arteriovena, defisiensi tiamin (beri-beri), dan anemia berat. Keadaan curah jantung yang tinggi ini sendiri dapat menyebabkan gagal jantung, tetapi bila terlalu berat dapat mempresipitasi gagal jantung pada orang-orang dengan penyakit jantung dasar.
  1. 4.    Patofisiologi
Menurut Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV dimana curah jantung (CO : Cardiak Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR:Heart Rate) x volume sekuncup (SV: Stroke Volume) (Brunner & Suddart,2002).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang akan menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
  1. 5.    Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala yang dapat menimbulkan kecurigaan akan gagal jantung :
a)      Sesak baik dalam istirahat atau beraktivitas. Batuk ketika bekerja. Kebanyakan disebabkan masalah paru-paru, bisa juga disebabkan oleh gagal jantung. Rasa letih, sering susah diinterpretasikan, terutama pada usia tua dan wanita gemuk. Sesak nafas pada malam hari dan sering mengeluh terbangun tengah malam akibat kesulitan bernafas.
b)      Pergelangan kaki membengkak
c)      Denyut jantung cepat,
Meskipun tanda dan gejala penting dalam rangka membangun diagnosa gagal jantung namun konfirmasi dengan berbagai tes harus dilakukan, sebab tidak satu pun dari tanda dan gejala tersebut yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk gagal jantung.
Semua gejala dan tanda gagal jantung adalah akibat mekanisme :
a)      Curah Jantung yang rendah
b)      Mekanisme kompensasi yang terjadi dengan segala prosesnya apakah hal ini hanya berupa sesak napas waktu bekerja dan tacikardi, sampai adanya edema dan hepatomegali akibat terjadinya retensi Na+ dan tanda yang ada pada jantung merupakan kelainan yang primer yang menjadi sebab gagal jantung (Gray dkk, 2003 ).
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akiobat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Gejala yang sering ditemukan adalah sesak nafas, ortopnea, edema prifer, fateque, penurunan kemampuan beraktifitas serta batuk dengan sputum jernih (www.cigp.org/index.co.id.2005).
  1. 6.    Faktor Predisposisi
a)      Aritmia
b)      Obat – obatan
c)      Alkohol
d)     Sepsis
e)      Hipertiroid
f)       Anemia
g)      Gagal ginjal
h)      Emboli paru
  1. 7.    Pemeriksaan penunjang
Menurut Priharjo (1996), pemeriksaan penunjang meliputi :
a)      Pemeriksaan EKG
Nilai ritemnya, apakah ada tanda dari strain kiri, bekas infarki miokard dan bundel branch block.
b)      Pemeriksaan Rontgen
Nilai besar jantung ada tidaknya pembesaran paru dan efusi pleuera.
c)      Echocardiografi
Mungkin menunjukkan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, pembesaran ventrikel, dan abnormalitas katup mitral
  1. 8.    Penatalaksanaan
Menurut Noer (2001) landasan atau penatalaksanaan gagal jantung secara optimal adalah:
a)      Patofisiologi gagal jantung dengan segala mekanisme dan proses yang berperan
b)      Etiologi penyakit jantung yang menyebabkan terjadinya gagal jantung
c)      Hasil penelitian terhadap obat-obatan untuk gagal jantung terutama vasolidator, inhibator ACE, digital dan diuretik.
  1. B.       Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Gagal Jantung
    1. 1.    Usia
Menurut Rifa’I (1993) umur adalah usia yang dihitung mulai dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir, sedangkan menurut Lukman, 1996 umur adalah usia atau lamanya waktu hidup sejak dilahiran atau diadakan
Menurut Patel 1998, faktor umur yang dapat menyebabkan gagal jantung yaitu : umur resiko rendah < 20 tahun, umur resiko sedang 20 – 40 tahun, umur resiko tinggi 41 – 55 tahun dan umur resiko sangat tinggi diatas 55 tahun.Menurut Rifai usia adalah usia yang dihitung mulai dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir.
  1. 2.    Jenis Kelamin
Menurut Lukman (1996), jenis kelamin adalah status biologi seseorang yang membedakan antara pria dan wanita.
Jenis kelamin merupakan konsep yang membedakan antara laki-laki dan perempuan bukan saja berdasarkan biologisnya melainkan dikaitkan dengan peran, fungsi, sifat, prilaku yang direkayasa (Depag, 2003).
Gagal jantung lebih sering diderita oleh pria di banding wanita yang seusia sama. Pria lebih sering meninggal pada usia dibawah 50 tahun, hal ini disebabkan pola hidup prilaku kebiasaan yang lebih sering mengkonsumsi rokok, alkohol, kopi, serta bahan lain yang dapat memperberat kerja jantung.
  1. C.    Hipotesa
1.   Ho     :    Tidak Ada Hubungan Usia dengan Penyakit Gagal Jantung
Ha     :    Ada Hubungan Usia dengan Penyakit Gagal Jantung
2.   Ho     :    Tidak Ada Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit Gagal Jantung
Ha     :    Ada Hubungan Jenis Kelamin  dengan Penyakit Gagal Jantung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
  1. A.    Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional, yaitu variabel independen dan variabel dependen diukur sekali dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2001).
  1. B.     Kerangka Konsep
Menurut Sukijo (1993) kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep yang satu terhadap konsep yang lain dari masalah yang diteliti, sedangkan konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasi suatu pengertian.
Pada penelitian ini akan dicari suatu hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan penyakit gagal jantung. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara variabel usia dan jenis kelamin dengan penyakit gagal jantung dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Bagan 3.1.
         Variabel Independen                                  Variabel Dependen


  1. C.    Definisi Operasional
    1. Variabel Dependen
Penyakit gagal jantung
Gagal jantung adalah diagnosis gagal jantung yang tertulis pada status pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Cara ukur   : Dengan melihat status pasien
Alat ukur    : Check list
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : 1 = Penderita penyakit gagal jantung
0 = Tidak menderita penyakit gagal jantung
  1. Variabel Independen
Usia
Yang dimaksud dengan usia adalah usia pasien saat didiagnosa gagal jantung yang dihitung dalam tahun yang tercatat di status pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Cara ukur   : Data sekunder dengan melihat buku status pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Alat ukur    : Check List
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 0 = Usia ≤ 41 tahun
1 = Usia > 41 tahun
  1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien penderita gagal jantung yang tercantum di buku status pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Cara ukur   : Data sekunder dengan melihat buku status pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Alat ukur    : Chek list
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : 1 = Laki-laki                 0 = Perempuan
  1. D.    Populasi dan Sampel
    1. 1.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang berkunjung ke Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
  1. 2.       Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan ”Teknik Sampling” tertentu yang bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001). Sampel dalam penelitian ini adalah ”Accidental Sampling” yaitu sampel yang diperoleh secara kebetulan / seberapa adanya pada saat penelitian yaitu pasien yang menderita penyakit jantung berjumlah 90 orang.

  1. E.     Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
    1. 1.      Waktu
Waktu penelitian ini adalah pada bulan Mei s/d Juli 2008, sedangkan pengumpulan data penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 27 Juni – 4 Juli 2008.
  1. 2.      Tempat Penelitian
Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
  1. F.     Teknik Pengumpulan Data
    1. 1.       Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang  diperoleh dengan cara melihat buku status pasien yang berobat ke Poliklinik Jantung RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
  1. 2.       Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrumen yang digunakan adalah chek list. Chek list digunakan untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan Penyakit gagal jantung.
  1. G.    Teknik Pengolahan Data, Analisa Data dan Penyajian
    1. 1.       Pengolahan Data
      1. a.      Editing (pengeditan data)
Langkah ini dilakukan peneliti untuk memeriksa kembali kelangkapan data yang diperlukan.
  1. b.      Coding (pengkodean)
Coding adalah mengalokasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode agar lebih mudah dan sederhana.
  1. c.       Tabulating (tabulasi)
Setelah dilakukan koding maka dilakukan tabulasi data yang diperoleh dengan menggunakan tabel untuk menyajikan jawaban hasil pengolahan data.
  1. d.      Entry Data
Data yang telah dikoding dimasukkan kemudian dianalisis dengan menggunakan komputer.
  1. e.       Cleaning Data
Kegiatan mengecek kembali data yang sudah diproses, apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel.
  1. 2.       Analisa dan Penyajian Data
Pengolahan data yang dilakukan dengan komputer disajikan dengan menggunakan program SPSS for windows.
  1. a.       Analisa univariat
Analisa univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam analisa ditampilkan dalam distribusi frekuensi. Analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen dan dependen dengan menggunakan rumus :
P =
Keterangan :
P    : Jumlah persentasi yang akan dicari
F    : Jumlah frekuensi dari masing-masing variabel
n    : Jumlah sampel (Arikunto, 1998)
  1. b.      Analisa bivariat
Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan tujuan menganalisis hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2) dengan uji hipotesis Ho diterima / Ha ditolak = tidak ada hubungan atau perbedaan antara variabel, jika X2 dihitung < X2 tabel pada r value ³ 0,05.
Dengan derajat kemaknaan (C1) 95% dan tingkat signifikasi (a) 0,05.
Rumus Chi Square unccorrection untuk tabel 2×2.
Rumus :
Ket :
X2              =  Chi Square
n                =  Sampel
A,B,C,D   =  Frekuensi harapan
Bila tabel 2×2 yang dipakai maka uj yang digunakan adalah continuity correction. Untuk melihat kekuatan hubungan antara dua variable secara signifikan menggunakan uji contingency coefficient dimana menurut Colton dalam Hastono (2001), kekuatan hubungan secara kualitatif dapat dibagi menjadi 4 area :
  1. r = 0,00 – 0,25   tidak ada hubungan
  2. r = 0,26 – 0,50   hubungan lemah
  3. r = 0,51 – 0,75   hubungan kuat
  4. r = 0,76 -1,00    hubungan sangat kuat
Untuk Odd Ratio (OR) digunakan untuk mengetahui berapa resiko kejadian dari variabel tersebut.