Selasa, 26 April 2011

HAK CIPTA

Kejahatan Pembajakan Hak Cipta Karya Musik, Tulisan, Program & Film - Haki Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk dengan itu tidak mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pencipta adalah Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas.

Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Kejahatan Pembajakan Hak Cipta Karya Musik, Tulisan, Program & Film - Haki Hak Atas Kekayaan Intelektual

Maraknya pembajakan lagu di Indonesia dewasa ini adalah karena semakin canggihnya teknologi digital. Dewasa ini dengan mudahnya kita mengkopi lagu-lagu mp3 dari internet walaupun terkadang ilegal. Salah seorang musisi ternama The Beattles Paul Mc Cartney mengatakan “Beruntung kami hidup di zaman ketika pembajakan lagu belum secanggih sekarang”, sehingga mereka bisa mendapatkan royalti yang seimbang sesuai dengan karya mereka di Indrustri rekaman.
Maraknya pembajakan lagu membuat kita miris, herannya ketika CD-CD lagu bajakan itu di jual. Para pembajak lebih pintar lagi, CD bajakan yang mereka jual di protect sehingga tidak bisa di bajak orang. Ternyata pembajak lebih pintar dari indrustri rekaman musik asli.
Menurut hemat saya, kegiatan pembajakan lagu merupakan sebuah kejahatan yang besar, karena menurut pasal 3 ayat 2 dalam UU Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, dikatakan bahwa Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena : (a) Pewarisan (b) Hibah, (c) Wasiat (d) perjanjian tertulis (e) sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan peundang-undangan. Pembajakan lagu dikatakan sebagai sebuah kejahatan besar karena pembajak telah mengambil hak-hak ahli waris dari keluarga si pencipta lagu dan penyanyi lagu, yang seharusnya selama pencipta tersebut masih hidup dia dapat memperoleh royalti dari lagu-laguya, dan 50 tahun setelah pencipta itu meninggal royalti dapat diwariskan kepada ahli warisnya, akibatnya dengan adanya pembajakan ini membuat hak ahli waris dicederai. Maka secara tidak langsung, pembajakan hak cipta khususnya musik turut menyengsarakan seniman musik dan ahli waris pemusik itu sendiri.
Kiranya perlu adanya penegakan hukum yang tegas untuk melindungi indrustri rekaman dari pembajakan. Hal ini penting agar indrustri kreatif khususnya indrustri rekaman dapat maju dan berkembang. Selain itu perlu juga mensosialisasikan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) kepada universitas-universitas di Indonesia, khususnya mengenai hak cipta lagu, karena tidak jarang lagu-lagu bajakan banyak di jual oleh penjual di dekat universitas.
Namun, walaupun di satu sisi lagu-lagu karya musisi Indonesia ini dibajak, di sisi lain bisa menjadi ongkos promosi mereka. Karena secara tidak sadar lagu-lagu mereka turut di nikmati oleh wong cilik di negeri ini, maka seorang musisi dunia pun ada yang mengatakan walaupun di bajak kita masih bisa konser dimana-mana. Bagaimanapun, kita sadar bahwa tingkat pertumbuhan daya beli masyarakat kita masih rendah. Maka sekali lagi tingkat pemahaman masyarakat terhadap HKI khususnya Hak Cipta berupa lagu, akan sangat sulit dilaksanakan oleh masyarakat jika tingkat kesejahteraan masyarakat kita belum baik.
Namun, sudah saatnya kita menghargai budaya kerja keras orang lain, khususnya para seniman pencipta lagu, penyanyi, dan indrustri rekaman. Hal ini penting, agar jangan sampai seniman sebagai pencipta lagu dirugikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang dengan tanpa usaha kerja keras, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan dari membajak karya cipta orang lain. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka proses kreativitas akan terhambat, karya-karya monumental di bidang indrustri permusikan akan terhambat, di sisi lain para seniman dan indrustri kreatif dari luar tidak mau menanam investasinya di Indonesia, akibatnya pertumbuhan ekonomi akan melambat, dan kesempatan membuka lapangan kerja di sektor indrustri kreatif yaitu indrustri rekaman lagu akan terhambat pula. Maka harapan saya kepada pemerintah, agar indrustri kreatif khususnya indrustri rekaman lagu bisa berkembang maka pembajakan harus di tanggulangi. Bagaimanapun, hidup dan matinya indrustri kreatif sangat dipengaruhi royalti dari Hak Cipta. Marilah kita bersama-sama memberikan penyadaran kepada segenap pihak untuk memahami arti pentingnya hak cipta itu.
Selain itu, pemahaman HKI ini perlu di fahami oleh para seniman di Indonesia, agar suatu saat nanti ketika terjadi sengketa, atau ada hak-hak mereka sebagai seniman di cederai oleh pihak-pihak tertentu dapat menuntut haknya melalui jalur hukum. Semoga saja tulisan ini menyadarkan kita akan arti pentingnya hak cipta. Untuk itu, hemat saya bagi para seniman agar selalu mendaftarkan hak cipta mereka agar mendapatkan perlindungan hukum.

Senin, 25 April 2011

perkembangan elektronik

Rabu, 05 Januari 2011

perkembangan elektronik

W. Wager dan Gerald Feinberg, dan futuris ini yakin bahwa manusia dengan memanfaatkan intelegensi kolektif mereka dapat mengatasi ancaman masa depan. Kedua futuris ini memiliki pandangan yang utopis mengenai masa depan. Berbeda dengan pandangan John Platt yang berpendapat bahwa dunia masa depan begitu berbahaya, di sana sini diwarnai rasa keprihatinan. Pandangan yang terakhir ini bersifat distopia (Shane, 19730 dalam Miarso , 19840. terlepas apakah masa depan nantinya bersifat utopia atau distopia masa depan akan diwarnai oleh berbagai kecenderungan perubahan.
Di satu pihak kecenderungan tersebut dapat membawa kemaslahatan umat manusia, dilai pihak kecenderungan itu berdampak negatif, oleh karena itu, hal penting yang perlu diperhatikan adalah kemana arah kecenderungan perubahan masa depan itu dan bagaimana mengantisipasi dampak negatif dari kecenderungan perubahan tersebut.


KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN IPTEK DAN PENGARUH NYA TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN.
Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi demikian mencoloknya. Selama abad kedua puluh, ilmu pengetahuan telah meloncat kedepan. Faktor yang berpengaruh atas keadaan ini karena menurut dugaan 90 % ahli ilmu pengetahuan dan penemuan – penemuan dalam sejarah umat manusia hidup pada zaman ini. Riset dan pembaharuan dilembagakan, demikian pula modal orang yang bekerja di bidang IPTEK, merupakan faktor pendukung lonjakan perkembangan IPTEK (Faure, 1972).
Hal yang menarik disamping kuantitas poenemuan dan intesitasnya adalah jarak antara penemuan prinsip – prinsip ilmiah dengan aplikasi dan penyebaraannya semakin pendek. Sebagai contoh pada tahun 1727 ditemukan prinsip – prinsip dasar pemotretan. Kurang lebih 112 tahun jarak antara penemuan prinsip ilmiah dengan aplikasinya. Sementara hatere solar prinsip ilmiahnya ditemukan tahun 1953, aplikasinya tahun 1955, sehingga hanya membutuhkan waktu 2 tahun.
Para penelitia masa depan telah mencoba menginventarisasi perkembangan IPTEK masa depan. Menurutnya IPTEK masa depan, (1) perkembangan energi fisika tinggi, inovasi dan aplikasi lanjuut cahaya laser, (2) pemurnian terus – menerus pada bidang sibernetika – bidang proses kontrol sistem – sistem mekanik, biologi dan elektronik, (3) perubahan penting dalam kualitas dan penggunaan media massa, (4) sukses besar dalam manipulasi ringan dan restorasi lingkungan, (5) peningkaatan pemakaian komputer, (6) memperkenalkan super – konduktor, dan (7) kerja sama internasional dalam perdagangan dan tukar menukar teknologi (Shane, 1973 dalam Kusuma, 1982).
Berbagai bidang IPTEK akan maju terus. Perlembagaan elektronika akan berkembang kearah psikoelektronika dan bio elektronik. Robot – robot akan menggantikan tenaga manusia, sehingga menju kearah pabrik tanpa buruh. Bioteknologi, geno teknologi dan ekoteknologi akan memegang peranan penting dalam masyarakat masa depan.
Teknologi telah mengakselerasi perubahan (Tofler, 1970 dalam sri Koendiyatinah, 1987). Banyak aspek kehidupan yang berubah karena
Perkembangan lain, teknologi transformasi, komunikasi dan infromasi.
Dalam bidang transformasi, selama berabad – abad manusia mengadakan pejalanan dengan jalan kaki. Sekitar 6000 tahun sebelum Masehi angkutan yang paling cepat adalah unta dengan kecepatan 8 mil perjam, tahun 1600 SM dengan kereta kuda meningkat 20 mil perjam, lokomotif ditemukan tahun 1925 baru mencapai kecepatan 13 mil perjam. Sementara tahun 1938 manusia mengudara dengan kecepatan 400 mil perjam dan tahun 1960 dengan roket, kecepatan mencapai 4800 mil perjam. Dan kini astronot mengedari bumi dengan kecepatan 18.000 mil perjam atau 40. 000 km perjam (Faure, 1972 ; Toffler,, 1970).
Revolusi teknologi komunikasi membaut jarak bukan merupakan hambatan bagi manusia dalam berkomunikasi. Sejak digunakannnya burung merpati sebagai alat komunikasi dapat menerobos hambatan, jarak, lebih – lebih setelah ditemukan telpon tahun 1820. jarak sama sekali bukan masalah lagi. Dengan teknologi faximile, kita tidak lagi mendengar pesan – pesan komunikasi, tetapi dapat membaca pesan – pesan komunikasi, melalui satelit komunikasi, teknologi komunikasi telah diperluas karena mampu mengatasi penggunaan kabel. Akibatnya kkomunikasi antar negara semakin dipermudah, bahkan melalui satelit komunikasi proses komunikasi dapat dilakukan secara massal. seminar internasional dapat berlangsung tanpa kehadiran peserta dalam satu gedung, melainkan cukup di negara masing – masing. Walaupun begitu, di Indonesia keadaanya lain.
Pemilikan telpon di Indonesia masih sangat rendah menurut data tahun 4,4/1000 penduduk. Sementara di Jepang 555,3/1000 penduduk1989 (Alfian, 1991).
Akhir – akhir ini produk telkom yang mutakhir mulai dikenalkan. Telkom high-tech yang diebri nama VSAT (very small aperture terminal) mampu mengirim dan menerima data, faks dan suara dalam sekejab beserta gambarnya. Sistem VSAT ini mampu mengatasi hambatan komunikasi akibat lalu lintas kkomunikasi yang padat (Jawa Post . 3 Mei 1995)
Sejalan dengan perkembangan komunikasi adalah perkembanan teknologi informasi. Radio ditemukan tahun 1867. tiga puluh lima tahun kemudian yakni tahun 1902 mulai dipasarkan. Sejak itu, penyampaian informasi dapat menjangkau publik yang berlipat ganda, penemuan transistor tahun 1948, kemudian diproduksi tahun 1951 mampu mengefisiensikan produksi radio, akibatnya radio diproduksi dalam jumlah yang besar dengan harga dalam jangkauan masyarakat umum.
Demikian pula teknologi komunikasi lain yang lebih akurat dalam sajian pesan, yakni televisi. Teknologi informasi ini ditemukan tahun 1922. dan diproduksi mulai tahun 1934. informasi yang disajikan tidak hanya berupa pesan – pesan lisan tetapi juga pesan visual, oleh sebab itu, pengaruhnya lebih intern terhadap perubahan perilaku masyarakat. Di  39/1000 penduduk. Sementara di Jepang Indonesia, jumlah televisi 813/1000 penduduk (Alfian, 1991).585/1000 penduduk dan di USA Teknologi elektronika yang kini penggunaannya merambah dalam berbagai bidang adalah teknologi komputer. Ketelitian dan kecermatan melebihi manusia, ia dapat dipekerjakan di bidang kedokteran, dalam bidang rancang bangun dan rekayasa, bahkan dapat menggantikan guru dalam membelajarkan anak.
Di bidang transfortasi komputer dapat menggantikan polisi untuk mengawasi lalu lintas. Bahkan dapat menggantikan sopir untuk mengendarai mobil, pesawat terbang. Pendek kata, teknologi komputer dapat menggantikan manusia dalam pekerjaan rutin hingga pekerjaan yang kompleks yang sulit untuk dikerjakan manusia.
Kemajuan teknologi kesehatan berpengaruh sekali terhadap mutu kesehatan masyarakat. Di Indonesia, kematian bayi berangsur – angsur menurun. Pada tahun 1990 menurun menjadi 63/1000 kelahiran lain, angka harapan hidup meningkat dari 45,7 tahun 1967 dan tahun 1990 menjadi 61,5 (pidana pertanggungjawaban Presiden di depan MPR. 1 Maret 1993).
TANTANGAN-TANTANGAN MASYARAKAT MASA DEPAN
Perubahan Global
Pada tahun tahun 1989 The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menerbitkan hasil simposium yang diadakan di Parisdalam bentuk buku yang diberi judul One World or Several. Dalam buku tersebut menyebutkan tujuh masalah besar yang dihadapi manusia masa depan. Ketujuh masalah itu ialah (1) reactivasidunia secara menyeluruh, (2) globalisasi versus regionalisasi, (3) pengembangan sumber daya menusia dan pengelolaan pemerintah, (4) development contract,(5) perlu didorikan regiun energi internasional mengjadapi perubahan lingkungan yang semakin destruktif, (6) migrasi internasional, (7) memikirkan kembali nasib buruh-buruh negara agraris (Amin Rais dalam Tuhuleley,1993). Sedangkan negara-negara miskin dihadapkan dengan 3 jenis “buldoser” yang dapat melindas habis negara-negara agraris, yakni (1) revolusi bioteknologi, (2) berbagai imperative ekonomi yang merugikan petani, (3) kerusakan lingkungan yang semakin parah.

Perubahan tata kehidupan
Akselerasi perubahan masyarakat yang begitu cepat di masa depan, menimbulkan tata kehidupan manusia. Alvin Toffler (1970) menyebutkan tata kehidupan manusia masa depan itu mencakup (1) masyarakat yang serba membuang, (2) kkaum nomad baru, (3) insan modular (Toffler, 1970 dalam Koesdiyatinah ,1987). Masyarakat yang serba membuang menggambarkan sikap hidup masyarakat terhadap benda. Senang berganti-ganti barang. Hal ini akibat stimulasi produk yang selalu membanjiri masyarakat dengan desain yang up to date. Sementara nomad baru mencerminkan mobilitas penduduk. Perpindahan pekerjaan dan lalu lalangnya manusia akibat mutasi pekerjaan dan tempat kerja. Akibatnya seseorang juga selalu berpindah-pindah tempat tinggal. Sedangkan insan modular menggambarkan hubungan sesama manusia mengarah pada sebatas hubungan fungsional.
Kependudukan Dan Ketenagakerjaaan
Pertambahan penduduk, merupakan tantangan bagi masyarakat masa depan. Di negara-negara industri maju, pertambahan penduduk 1 % bahkan beberpa negara mendekati 0%, sehingga tahun 2025 jumlah penduduk dinegara ini sekitar 1,4 milyar. Sedang di negara-negara berkembang pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,8 milyar. (Brundland,1987 dalam Sumantri, 1988). Sementara itu di Indonesia pada tahun 2020 jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa dan tahun 2050 menjapai 350 juta jiwa. Rata-rat pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sekitar 1,8% pertahun.
Akibat pertumbuhan penduduk ini dapat memunculkan masalah-masalah sosial, misalnya pengangguran, lihat Tabel 1.
Persentasr tenaga terdidik Indonesia yang tidak terserap oleh lapangan kerja, ilmu-ilmu sosial 58,02%, ilmu-ilmu kesehatan2,39%, ilmu-ilmu pertanian 9,84%, ilmu pendidikan 15,37%, teknologi 6,99%, ilmu pasti alam 1,6% dan lain-lain 5,79%.(Depnaker,1987 dalam ibrahim,1993). Fenomena ini tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang tidak berimbang dengan daya serap lapangan kerja.

Daftar pencari kerja dan pengangguran di Indonesia menurut Budiono dkk, (1970). Tingkat pendidikan SD 24,3% tingkat pendidikan SMP 15,2 %tingkat pendidikan SMTA 36,4% dan tingkat universitas / akademi 5,6%. (Budiono dkk, 1992 dalam Tilaar,1993).
Keadaan pengangguran yang dituliskan di atas perlu mendapatkan pemecahan agar dimasa depan tidak menimbulakan masalah-masalah yang serius.
Disisi lain, pendidikan tenaga kerja di Indonesia, dari 137 juta usia 10 tahun ke atas, 66 % miskin pendidikan. Dari 73,9 juta pekerja di Indonesia, 80% hanya pendidika SD atau kurang, bahkan 12,1 % tidak pernah sekolah.Tahun 2000, angkatan kerja di Indonesia skitar 100 juta orang dengan komposisi pendidikan 70% berpendidikan SD kebawah, 9,6% tamatan SMTP dan 1,6% SMTP kejuruan; 7,8% SMTA umum dan 9,1% SMTA kejuruan dan 1,87% tamatan perguruan tinggi (Ibrahim, 1993)
Karena proporsi tingkat pendidikan tenaga kerja di Indonesia, lebih besar hanya berpendidikan SD ke bawah, akibatnya pada beberapa sektor dan posisi jabatan masih diduduki oleh tenaga profesional asing. Berdasarkan data dari BKPM, 1989, beberapa sektor masih memperkerjakan tenaga asing yakni, (1) pertanian, perkebunan dan peternakan 14,40%. (2) pertanbangan dan penggalian 16,08%, (3) industri pengolahan 26,08%, (4) listrik, gas dan air 2,45%. (5) konstruksi (9,23%), (6) perdagangan, restoran, dan hotel (9,98%). (7)angkutan dan perdagangan 2,44%, (8) lembaga keuangan (bank) 5,27%., (9) jasa masyarakat dan perorangan 15,29%. Sedangkan kompossisi berdasarkan jabatan , (1) manajer 2.908 orang, (2) profesional 4,820 orang, (3) teknisi 6,165 orang, (4) foreman 2.993 orang ,(5) operator 1.012 orang, berdasarkan data BKPM, 1990 (Alam, 1990)
Keadaan ini tentu merupakan tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia saat ini dan mendatang.
Perubahan Lingkungan hidup.
Masyarakat masa depan akan dihadapkan pada masalah lingkungan hidup. Beberapa perubahan lingkungan di masa depan meliputi (1) bertambahnya jumlah penduduk di bumi, (2) krisis air bersih untuk keperluan penduduk dan industri, (3) makin luasnya tanah krisis, (4) berkurangnya luas hutan, (5) musnahnya berbagai plasma nutfah di darat dan di air karena ekosistem, (6) rusaknya berbagi ekosistem di laut akibat pengurasan hasil laut pencemaran di sungai. (7) makin luasnya padang pasir, (8) meningkatnya suhu bumi akibatefek rumah kaca. (9) makin meningkatnya hujan asam, (10) jurang ekonomi antara negara miskin dan negara maju makin lebar. (Kastama,1991)
Degradasi Moral
Tekanan-tekanan sosial akibat berbagai ketimpangan sosial dapat menimbulkan tingkah laku menyimpang dalam masyarakat.
Di Jepang kemajuan ekonomi akibat industrialisasi , harus di bayar mahal berupa guncangan sosial budaya. Dalam dasawarsa 80-an, tingkat pencemaran naik 50%. Kejahatan remaja usi 15 tahun menyumabang 45% terhadap angka kejahatan di Jepang. Bunuh diri di kalangan remaja menempati angka tertinggi di dunia. (Saefuddin, 1993)
Demikian pula di Indonesia akibat globalisasi informasi, tata nilai dasar diterjang begitu saja oleh budaya asing, sehingga melahirkan perilaku baru dikalangan generasi muda. Contoh kasus demoralisasi yang sangat mengejutkan ialah dari 630.283 pelajar di Jawa Tengah, sekitar 37.000 diantaranya pernah melakukan hubungan seks. Dari jumlah itu 60% mengekui dirumah sendiri dan 40% sisanya di penginapan. (Jawa Pos,3 Mei 1995)
Kasus yang sangat meprihatinkan dalam tayangan di televisi hasil sigi oleh YKAI dan balitbang penerangan RI menyebutkan bahwa adega prososial 48% dan anti sosial 52%.(Jawa Pos, 30mei 1995). Pertanyaan yang perlu di jawab adalah nilai moral yang bagaimanakah yang hendak dikembangkan bagi para generasi muda ?
Sains dan Teknologi.
Meskipun abad ini merupakan abad sains dan teknologi, akan tetapi negara-negara berkembang keadaanya jauh di belakang negara-negara maju. Lebih dari 90% kapasitas Litbang dunia terdapat di utara, dan itupun hanya sebagian kecil yang ditujukan kepada masalah-masalah rakyatterbanyak di selatan. Anggaran belanja perkapita untuk negara-negara berkembangkurang dari 1% dari negara-negar industri maju.(Rifai,1986)
Sudariyanto (1991)menyebutkan Researh and Development (R&D) di negara maju mencapai 2-3% dari GNP, sementara di Indonesia baru mencapai 0,1% dan DIKTI baru sekitar 1% dari anggaran tahunannya. Anggaran R&D di Jepang pada tahun 1987 2,74%dari GNP dan korea mencapai 2,20% (Alam,1990)
Untuk memiliki teknologi, negara-negara yang sedang berkembang, melakukan alih teknologi dari negara-negara industri maju.korea selatan, tahun 1962 sampai dengan 1985 membeli teknologi jepang sebanyak 3527 buah dengan harga USS 1,3 milyar yang meliputi 26,7 % industri mekanik, 19,9 % industri elektronik, 16% industri kimia, 7,7% industri metal dan 28,75 lainnya (taufik, 1191 dalam Koswara,1991)
Dalam hal penguasaan sains dan teknologi, negara-negara berkembang masih mendapatkan masalah. Abdus Salam pemenang hadiah nobel dari fisika tahun 1978 yang berasal dari Pakistan mengemukakan ada 4 faktor yang menjerat negara berkembang sehingga mereka tidak dewasa dalam bidang sains untuk teknologi mutakhir, adalah : (1) banyak negara berkembang tidak mempunyai komitmen terhadap sains baik terapan apalagi yang murni, (2) tidak memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan kemandirian, (3) tidak mendirikan kerangka institusional dan legal yang cukup mendukung manajemen kegiatan bidang sains (Baiquni,1990)
Di negara-negara maju, jumlah insinyur dan peneliti dibeberapa negara maju adalah sebagi berikut : Jepang sekitar 4836 per satu juta penduduk., di USA sekitar 3.233 per satu juta penduduk, Swedia 2.537 penduduk, Jerman (barat) 3.282, dan Perancis 1888 per satu juta penduduk (Sumarto, 1990 dalam wahjoe Tomo ,1993)
Andaikata di Indonesia setara dengan Perancis ± 1.888 per satu juta penduduk, dengan 185 juta penduduk di Indonesia, mak jumlah insinyur dan peneliti di Indonesia akan berjumlah 349.280 tenaga.bagaimana realitanya jumlah peneliti di Indonesia?
Berdasarkan sumber LIPI tahun 1992, pejabat peneliti Department lembaga non department , asisten peneliti 1.652 tenaga; ajun peneliti 1.377 tenaga; peneliti 562, ahli peneliti 258 tenaga. Sehingga jumlah tenaga peneliti di Indonesia 3.849 tenaga (Wahjoetomo,1993)
Jumalh di atas khusus tenaga yang memiliki jabatan fungsional peneliti. Hal ini akan lain jika tenaga-tenaga dosen dari perguruan tinggi dimasukkan juga sebagi tenaga peneliti.
Berdasarkan lampiran pertanggungjawaban Presiden di depan sidang MPR tahun 1993, jumlah tenaga peneliti (LIPI, LAPAN, BAKOR, SURTANAL, BATAN, BPPT) berjumlah 13.125 tenaga dan tenaga peneliti seluruhnya mencapai 81.390 tenaga (termasuk 2.222 doktor dari perguruan tinggi)
Untuk dapat mengembangkan teknoogi modern, diperlukan persiapan pendukungnya yakni pemguasaan sains dan Bio-molekuler, biokimia dan mikrobiologi untuk mendukung bioteknolgi dan rekayasa genetik. Penguasaan dalam bidang fisika zat mampat , fisika semi konduktor dan superkonduktor, fotonika, yang menjadi dasar pengembangan teknologi material baru dan mikro elektronika ( Baiquni, 1990)
Pendidikan Nasional
Meskipun Indonesia berhasil meningkatkan kuantitas pendidikan , sehingga angka parisipasi SD tahun 1993 mencapai 99,6%, SLTP 46,4% dan SLTA 33,6% dan perguruan tinggi mencapai 10,6% akan tetapi masih dihadapkan pada berbagai tantangan.
Lulusan SD yang melanjutakan ke SLTP baru mencapai 58,3%, sementara lulusan SLTP yang melanjutkan ke SLTA cukup tinggi yaitu 80,5% dan lulusan SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi baru mencapai 38,9%
Tantangan yang perlu mendapat oerhatian serius dari semua pihak yang terkait adalah memgendalikan terjadinya putus sekolah. Angka putus sekolah di SD secara komulatif mencapai 20%, tingkat mengulang kelas 9,5% setiap tahun. Ditingkat SLTP angka putus sekolah ditingkat SLTA mencapai 3,5%dan di perguruan tinggi mencapai 9,1%
Untuk memcapai masyarakat industri maju yang bertumpu pada penguasaan teknologi tinggi Indonesia masih menghadapi tantangan Sumber daya manusia. Sumber Daya Manusia yang diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan teknologi adalah yang menguasai Basic Science. Di lain pihak distribusi terbesar berasal dari dunia pendidikan dan ilmu sosial (70%), sementara lulusan rekayasa mencapai 15,1% dan ilmu-ilmu dasar hanya 2,3% (Koswara,1991).
Mahasiswa indonesia yang belajar di Amerika tahun 1988 dari 10000 mahasuswa (dibulatkan) distribusinya adalah (1) bidang matematika dan komputer 12,0%, (2) manajemen 3% (3) kedokteran 161.000, (4) fisika 25, (5) engineering 23%,(6) sosial 18%. (Alam , 1990) jika dibandingkan dengan negara-negara lain dibidang sosial Malaysia 1,1% dari 23.000 mahasiswa yang belajar di USA dan Korea Selatan 6,8 % dari 20.000 mahasiswa. Dari data ini, mahasiswa yang memilih studi ilmu sosial masih tinggi dibanding nnegara lain.
Distribusi mahasiswa S1 berdasarkan bidang disiplin ilmu tahun 1985 adalah (1) Sains 11,5% (2) teknologi 13,5%, (3) kedokteran 161.000, (4) Pertanian 383.000, dan (5) ilmu-ilmu sosial 2.069.000 (Papiptek-LIPI,1987 dalam Alam 1990)
Demikian pula distribusi buku dalam perpustakaan berdasarkan bidang disiplin ilmu tahun 1985, (1) Sains 11,5% (2) teknologi 13,5% (3) kedokteran 5,6%, (4) pertanian 7,7% dan ilmu-ilmu sosial 61,6% (papitek-LIPI1987, dalam Alam,1990)
Mengamati dastribusi mahasiswa S1 maupun koleksi buku di perpustakaan distribusi tervesar pada ilmu-ilmu sosial. Bidang sains dan rekayasaperlu mendapatkan motivasi. Karena bidang tersebut menjadi tulang punggung pengembangan teknologi masyarakat Indonesia tahun depan.
Tantangan dalam pendidikan di Indonesia dan negara berkembang lainnya adalah dalam pendanaan pendidikan.
Berdasarkan perhitungan UNESCO tahun 1970-1987 anggaran pendidikan Indonesia mencapai 2-3% dari GNP. Sementara Malysia mencapai 4-6 % dari GNP. Dinegara maju, di USA dan Jepangmencapai 5-6% dari GNP, Belanda 8% dari GNP dan Uni Sovyet 6-7% dari GNP. (Profil indonesia, 1983) jika saat ini GNP di Indonesia mencapai $700 amerika pertahun maka anggaaran pendidikan di Indonesi sebesar $ 21 pertahun. Pada tahun 1983/1984 anggaran pendidikan di Indonesia mencapai 19% dari total anggaran pembangunan.(Profil Indonesia,1983)
Data lain dari ABD, Educational and Development in Asia the pasific, anggaran pendidikan di Indonesia pada tahun 1984 , sebesar 2,2% dari GNP . dengan GNP Indonesia pada tahun 1985 US$ 470. Sementara beberapa negara tetangga, Korea Selatan 4,8%, Singapura 4,4%; Hongkong 2,8%; Taiwan 4,2%; Malysia 4,6%; dan Filipina 1,3% (Tilaar,1991).
Sampai dengan saat ini, pendidikan di Indonesia masih bermasalah dengan rensdahnya kualitas pendidikan. Besarnya anggaran pendidikan pada PJPT Idistribusinya masih digunakan untuk mensukseskan wajib belajar 6 tahun. Ini berarti dioreantasikan pada masalah daya tampung. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan oleh pendidikan yang bersifat massal.
ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN
Kesimpulan yang tepat untuk menyatakan masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sedang berubah. Tak ada waktu untuk menunda perubahan itu apalagi menolaknya. Dan pula perubahan itu tidak hanya dalam satu atau dua fase kehidupan melainkan menyeluruh, bersifat global. Tidak satupun yang tersentuh oleh perubahan.
Mengahadapi perubahan masa depan, perlu antisipasi secar tetat. Antisipasi dimaksudkan agar masyarakat masa depan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Dapat menghindari dampak negatif dari perubahan, bahkan menciptakan perubahan secara konstruktif bagi diri dan lingkungannya.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Menghadapi masyarakat masa depan yang bercirikan perubahndibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan memiliki 3 ciri utama, ialah (1) manusi ayng sadar IPTEK,(2) Kreatif, (3) solidaritas-etis (Oetomo,1990)
Pertama manusia yng sadar IPTEK adlah well informed, tahu banyak pengetahuan. Mapu mencerna informasi, dan mengolah informasi untuk diri dan masyarakatnya. Mampu menganalisis informasi segal perubahan guna menentukan sikap terhadap perubahan. Mampu belajar sepanjang hayat (life long learning) memiliki kamampuan nalar yang tinggi, kreatif, integratif-konsesional. Mapu mendayagunakan IPTEK, bahkan daapt memukan inovasi untuk menciptakan perubahan dan mengendalikannya.
Kedua, manusia kreatif adalah manusia ynag tidak terbawa oleh arus perubahan. Bukan manusia yang sekedar mampu menyesuaikan perubahan. Manusia kreatif mampu menciptakan perubahan, memiliki kemampuan yang kompetitif. Manusia kreatif, manusia yang inteligent, memiliki minat yang tinggi, imaginer, fleksibel, dan sensitif. Memiliki daya ingat yang tinggi dan dapat berpikir secara evaluatif . Dilihat dari sisi minat dan motivasinya, manusia kraetif mempunyai ciri selalu ingin tahu, gemar bermain ide, suka menghadapi tantangan. Dan dari sisi kepribadiannya, manusi kreatif bercirikan mandiri, terbuka dan tanggung jawab atas segala resiko tindakan yang diambilnaya,
Mandiri sebagi ciri manusia kreatif, memiliki lima komponen utama, (1) bebas dalam arti tindakan atas kehendak sendiri, (2)progresif dan alet dalam mencapai prestasi, (3) berinisiatif, mampu berfikir dan bertindak secara orisisnil, (4) internal lacus of control (memiliki kemampuan mengendalikan diri), (5) self esteem-self confidence (memiliki harga diri dan kepercayaan diri) (Oetomo,1990)
Ketiga, manusia yang memiliki solidaritas-etis. Kompetitif merupakan ciri globalisasi, oleh karena itu manusia masa depan perlu memiliki solidaritas sosial. Memiliki rasa tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan. Keunggulan kompetitif harus dilandasi oleh dan bermuara pada rasa tanggungjawab sosial.
Tantangan terberat dalam globalisasi tidak lain adalah mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang merupakan identitas sebagi bangsa. Dikatakan tantangan terberat, oleh karena disisi lain manusia dituntut untuk memiliki wawasan global. Di dalam diri manusia dituntut untuk berwawasan internasional. Namun di pihak lain, dituntut agar tetap berpijak pada jati diri sebagai bangsa yang mandiri. Oleh karena itu, manusia akan berada pada posisi tarik-menarik dua kebudayaan yakni kebudayaan internasional versus kebudayaan nasional.
Menghadapi derasnya kebudayaan asing (Barat) sering identik dengan nilai materialistik. Fromn (1956) melihat kehancuran tata kehidupan manusia terlalu menekankan aspek materi dan melupakan ajaran agama adalah pangkal kehancuran umat manusia. (Jacob, dalam Effendi,1992)
Kajian solidaritas etnis sebagai kualitas manusia untuk mengahdapi masa depan, bertumpu pada kualitas kehidupan masyarakat. Dahlan (1992) kualitas kehidupan bermasyarakat meliputi (1) keserasian sosial, (2) kesetiakawanan, (3) disiplin sosial (4) kualitas komunikasi sosial (Dahlan dalam Effendi, 1992)