Jumat, 27 April 2012

reinventing local goverment


Sejak diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 yang menekankan pemberian kewenangan seluas-seluasnya agar daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan untuk pelayanan, peningkatan peran serta prakarsa dan pemberdayaan, dengan mengutamakan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Penyelenggaraan peran pemerintahan yang lebih luas oleh Pemerintah Daerah tersebut perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Disadari bahwa sumber-sumber penerimaan  antara  satu  daerah  dengan  daerah  lainnya  sangat beragam.  Ada  beberapa  daerah  dengan  sumber  daya  yang  dimiliki  mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi, mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Kreativitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber keuangan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh  pemerintahan  daerah itu sendiri.
Buku yang di tulis oleh Dr. Ir. Fadel Muhammad ini merupakan salah buku tentang pengalaman-pengalaman dari Provinsi Gorontalo dalam mensejahterakan masyarakatnya, melalui peningkatan dan mereformasi pemerintahan Provinsi Gorontalo dengan ide kapasitas manajemen kewirausahaan dan budaya organisasi dalam peningkatan kinerja pemerintahan.
Buku Reinventing Local Goverment ini terdiri dari 3 Bagian yang terurai menjadi 17 Bab, yaitu:
Bagian pertama melihat aspek teoritis tentang kapasitas manajemen kewirausahaan.
Bagian kedua melihat reformasi kinerja pemerintah daerah ke sistem pemerintahan yang berorientasi kepada kewirausahaan dalam membangun Provinsi Gorontalo kapasitas manajemen kewirausahaan.
Bagian kedua menguraikan suatu gerakan peningkatan pengetahuan dalam membangun kinerja pemerintah demi mensejahterakan rakyat.
Kritik yang dapat diberikan dalam dalam masing-masing Bab akan diuraikan di bawah ini:
Pada bagian I (satu) bahwa kinerja pemerintah daerah dan kapasitas manajemen kewirausahaan Provinsi Gorontolo menerapkan anggaran berbasis kinerja dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam bidang keuangan. Kalau ingin kita kritisi anggaran berbasis kinerja tentunya dapat diterapkan pada daerah yang memiliki Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang yang tinggi. Untuk daerah-daerah yang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang setiap tahun mengalami defisit, anggaran berbasis kinerja ini tidak mungkin dapat diterapkan pada daerah yang memiliki Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kecil.
Namun persepsi Gubernur DR. Ir. Fadel Muhammad bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah akibat artinya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) besar harus ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang pimpinnya. Hal itu sangat baik bagi kepala daerah yang untuk berusaha menjadikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tinggi, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras.
Pada bagian II (kedua) hasil penelitian DR. Ir. Fadel Muhammad bahwa kapasitas manajemen dibentuk oleh faktor budaya organisasi dan endowment, sedangkan faktor lingkungan makro tidak memberikan dukungan bagi tebentuknya kapasitas manajemen. Kalau ingin diberi kritikal tentang hasil penelitian DR. Ir. Fadel Muhammad bahwa faktor lingkungan secara makro tidak memberikan dukungan dalam kasipatas manajemen, hal ini tentunya tidak benar, lingkungan makro secara langsung maupun tidak langsung tentu ikut andil dalam dalam kapasitas  manajamen, hal ini dikarenakan lingkungan makro dalam hal ini pemerintah pusat telah memberikan fasilitas sarana dan prasarana dalam menjalankan roda pemerintahan di Provinsi Gorontolo.
Selain itu sebelum berhasilnya Provinsi Gorontalo melakukan reformasi kinerja pemerintah daerah ke sistem pemerintahan yang berorientasi kepada kewirausahaan dalam membangun Provinsi Gorontalo, tentunya lingkungan makro dalam hal ini pemerintah pusat telah memberikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kepada Provinsi Gorontalo dalam hal menjalani roda pemerintahan.
Pada bagian III (tiga) bahwa suatu gerakan peningkatan pengetahuan dalam membangun kinerja pemerintah demi mensejahterakan rakyat yang tertulis dalam buku DR. Ir. Fadel Muhammaad tentang hasil penelitian tentang Reinventing Local Goverment dan pengalamannya dalam memimpin Provinsi Gorontalo. Kalau ingin diberi kritikal tentang hasil penelitian DR. Ir. Fadel Muhammad dan pengalamannya selama memimpin Provinsi Gorontalo. Hal ini tentunya kondisi daerah Provinsi Gorontalo tidak sama dengan daerah yang lain, contohnya saja pada Provinsi Bengkulu karena hasil pertanian yang tidak berkualitas sehingga belum mampu untuk di ekspor ke luar negeri, ini dikarenakan masih atau sangat rendahnya kualitas hasil pertanian yang ada, baik sawit, karet, dan hasil pertanian ainnya.
Keberhasilan Provinsi Gorontalo selain kualitas hasil pertaniannya baik dan didukung juga oleh pemerintah yang memiliki ide yang cemerlang dan iniasitif yang tinggi untuk bersungguh-sunguh dalam membangun daerah yang dipimpinnya demi kesejahteraan masyarakat. Namun tidak semua daerah yang pemerintah daerahnya bersungguh-sungguh bekerja dengan baik dalam meningkatkan pelayanan kepada publik dan mensejahterakan masyarakatnya.
Namun hasil penelitian DR. Ir. Fadel Muhammad dan pengalamannya selama memimpin Provinsi Gorontalo dapat dijadikan masukan kepada pemerintah daerah di seluruh Indonesia dalam melakukan reformasi untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah dan dalam mensejahterakan masyarakat.
Sebagai penutup dapat dikemukan bahwa buku ini memiliki keunggulan yang dapat dijadikan sumber inspirasi bagi pemerintah pusat maupun daerah (Gubernur, Walikota, Bupati) beserta  jajaran pemerintahan di bawahnya dalam pengembangan daerahnya, menciptakan ide-ide cemerlang, dan membuat suatu terobosan dalam membangun kinerja pemerintah di segala bidang demi kesejahteraan masyarakat sesuai yang diamanatkan undang-undang.
Selain itu buku ini memiliki kelebihan tersendiri yaitu pengalaman-pengalaman nyata dan sudah dibuktikan keberhasilannya oleh seorang Gubernur Gorontalo DR. Ir. Fadel Muhammad dalam membangun daerahnya dalam penerapan Kapasitas Manajemen Kewirausahaan melalui Eksport Pertanian dan Peternakan yaitu (Jagung dan Sapi Potong).
Buku ini sangat baik untuk di baca bagi kalangan akademisi, khususnya kalangan pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang pada saat ini sedang menjalankan roda pemerintahan dalam menentukan dan menyusun strategi serta kebijakan bagi daerahnya demi terciptanya seluruh rakyat Indonesia yang sejahtera secara ekonomi.

Selasa, 17 April 2012


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    DESAIN PENELITIAN

A.1.  Variabel Penelitian
            Menurut Fred N. Kerlinger (203: 49) variabel adalah suatu sifat yang dapat memilki bermacam nilai. Selanjutnya dia mengatakan bahwa variabel adalah lambing atau simbol yang padanya kita lekatkan nilai yang berupa angka. Jadi variabel merupakan suatu gejala atau sifat dari suatu objek yang mempunyai variasi atau nilai yang berbeda dengan objek yang lain yang menjadi focus penelitian untuk diamati.
Menurut Sugiono (98: 27) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyaivariasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini variabel-variabelnya dibedakan menjadi variabel bebas (Independent Vaviabel) yaitu variabel yang mempengaruhi terdiri dari Insentif, Motivasi Keja dan Budaya Organisasi. Variabel lainnya adalah variabel terikat  (dependent Variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dalam penelitia ini adalah kinerja pegawai.
Rounded Rectangle: INSENTIF            Modul Hubungan Variabel-Variabel Penelitian dapat dilihat di bawah ini:
Rounded Rectangle: KINERJA PEGAWAIRounded Rectangle: MOTIVASI KERJA           
 



B.2. Hipotesis
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka diangkat beberapa hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan. Untuk melihat hubungan antara variabel insentif, motivasi kerja dn budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat Kab. Seluma. Maka hipotesis yang akan diteliti adalah
            HoA    : Tidak ada pengaruh Antara pemberian Insentif terhadap kinerja pegawai
            H1,A   : Terdapat pengaruh antara pemberian Insentif terhadap kinerja pegawai

            HoB    : Tidak ada pengaruh Antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
            H1,B   : Terdapat pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai

            HoC    : Tidak ada pengaruh Antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
            H1,C   : Terdapat pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja pegawai

B.     Populasi dan Sampel
B.1. Populasi
Menurut Sugiono ( 1998: 57) yang dimaksud dngan populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.” Hal ini berarti  bahwa populasi dapat berupa jumlah objek atau subjek yang akan diteliti, dapat juga keseluruhan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tertentu.
Sementara penelitian ini dilakukan dalam lingkungan Sekretariat Kabupaten Seluma dengan objek penelitian seluruh pegawai Sekretariat Kabupaten Seluma.

B.2. Sampel
            Sampel adalah bagian populasi yang diteliti, menurut Fred N. Kerlinger (2003: 188) kata “sampling” berarti mengambil sampel. Atau mengambil sesuatu bagian populasi atau semesta sebagai wakil ( representatif) populasi atau semsta itu.
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Stratifield Random Sampling (SRS)  dengan pembagain strata berdasarkan bagian bidang kerja masing-masing.

STATISTIK PEGAWAI SEKRETARIAT KAB. SELUMA

BAGIAN
JUMLAH TOTAL
PERMANEN > 1 TAHUN
JUMLAH SAMPEL
Adm.Umum dan Perlengkapan
76
43
20
Tata Pemerintahan
34
26
7
Sunram
41
31
4
Humas Protokoler
37
29
5
Kesra
31
15
2
Ekonomi
43
27
1
Hukum
45
40
7

Demikian sampel pada Penelitian ini hanya pegawai yang telah berstatus Permanen diatas satu tahun. Sampel berjulah 46 Responden dengan sampel terbesar dari Bagian Adm.Umum dan perlengkapan yaitu 20 Responden  sisanya 26 Responden diambil dari bagian lainya secara Proporsional berdasarkan jumlah pegawai permanen yang ada di Sekretariat Daerah kabupaten Seluma diatas.

C.    Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau mengumpulkan mengolah, menganalisa, dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis.( Sugiono: 2008). Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner dan daftar wawancara.

D.    Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memeproleh data dan informasi yang lengkap,reliable, objektif, dan up-to date melalui kajia ini maka metode yang lajim digunakan menurut Samudra Wibawa (1997: 27) adalah sebagai berikut:
“Survey, kuesiner, interview terbimbing maupun interview bebas dan mendalam, analisa data sekunder misalnya (data tentang dokumen tertulis yang relevan) dan observasi langsung ke lapangan sebagai data primer.” 
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
 Pertama : melakukan survey dengan menyebar kuesioner kepada responden.
Kedua : teknik wawancara berstruktur dan tidak tersuktrur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan bebas dan mendalam. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan untuk memastikan bahwa jawaban responden pada wawancara terstruktur tidak terdapat kesalahan.
Sedangkan pengumpulan data sekunder, diperoleh dari data yang telah tersusun dari bentuk dokumen, arsip yang dipublikasikan maupun tidak dan studi kepustakaan, sehingga fungsi data sekunder ini adalah untuk menunjang data primer penelitian.
Oleh karena itu, penu;is menggunakan tiga metode pengumpulan data agar dapat memperkaya informasi dan penambah masukan dalam penarikan kesimpulan, yakni:

1.      Teknik Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a.       Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b.      Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
c.       Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d.      Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e.       Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
2.      Teknik Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a)      Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
b)      Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c)      Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :
a)      Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
b)      Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
c)      Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
d)     Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.
3.      Teknik Dokumentasi atau Study Kepustakaan.

E.      Alat Bantu pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :



1.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2.      Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
3.      Alat Perekam
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.






F.     Metode Analisis Data
E.1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

1.      Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan dan penyebaran kuestioner  kepada responden.
2.      Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari pengolahan administrasi dan literature yang ada.

E.2. Klasifikasi Skor
Penyebaran daftar pertanyan (kuesioner) diukur dengan menggunkan skala ordinal dalam format likert dan diberi skor, diklasifikasikan menjadi 5 kategori/ derajad jawaban, seperti contoh : skor , sangat tidak setuju (STS), SKOR 2, tidak setuju (TS), skor 3, nertal/ ragu-ragu (N), skor 4, setuju (S), dan skor 5, sangat setuju (SS).
Keuntungan menggunkan format Likert dalam penelitian ini adalah bahwa memungkinkan responden membedakan jawaban mereka diantara yang tak mungkin dijawab dalam bentuk fikiran ganda sehingga dapat lebih jelas menyatakan deajad pendapat mereka atas kinerja mereka, lebih hanya sekedar terbatas pada jawaban “YA” atau “TIDAK”. (Gusmali: 1994).

E.3. Pengeditan (Editing)
Data yang kembali diperiksa untuk mengetahui apakah responden benar cara pengisiannya, artinya pengisian kuesioner dilakukan dengan baik untuk diproses ke tahap selanjutnya.



E.4. Kodefikasi
Data yang ada di kuesoner dipindahkan di lembar kode yang telah ditentukan dengan member identifikasi angkan tertentu.
Didasari data empirik yang diperoleh, pengolahan dan analiis data dalam perhitungan statistiknya dibantu computer dengan menggunkan program SPSS versi 13.0 untuk mempercepat hasil penelitian dengan harapan hasilnya valid dan benar.

E.5. Teknik Pengujian Hipotesis
 Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran dugaan atau ramalan yang telah diajukan, sehingga dapat diterima atau sebaliknya ditolak, dengan berdasarkan data empiric yang telah diperoleh. Metode dan teknik yang digunkan adalah metode kuantitatif dengan metode dengan teknik analisa statistik.
            E.6. Metode Korelasi Product Moment Pearson
            Dalam analisa pengaruh terhadap dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu pertama, meneliti apakah data sampel yang diobservasi memberikan bukti yang cukup unttuk mebuktikan bahwa variabel-variabel dalam populasi yang diamati mempunyai hubungan? Kedua, menghitung suatu ukuran yang dalam beberapa hal menggambarkan suatu tingkat kekuatan hubungan antra variabel-variabel tersebut. Ukuran seperti ini dihitung dari data sampel yang biasanya bermanfaat untuk beberapa tujuan sepeti dibawah ini:
1.      Dapat mengukur kekuatan hubungan antara unit pengamatan dan sampel
2.      Dapat menyediakan suatu taksiran titik dari ukuran kekuatan hubungan antara variabel dari populasi,
3.      Dapat menyediakan dasar pembentukan interval kepercayaan dari ukuran kekuatan hubungan variabel dari populasi,
4.      Dapat membuat sipeneliti mencapai suatu kesimpulan mengenai adanya hubungan dalam populasi dimana sampel diambil secara acak.
Ukuran kekuatan hubungan atau yang seing disebut ukuran korelasi merupakan variabel random yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara observasi-observasi yang diambil secara acak yang datanya berpasangan. Sebagai contoh diambil sampel berukuran n dari populasi bivariat, maka datanya adalah (Xi,Yi), untuk i 1,2,3,….n. ukuran korelasi sampel yang umumnya digunakan adalah koefesin korelasi-produk-moment pearson, yang biasanya dinotasikan dengan r,,, didefinisikan sebagai berikut:





Dimana X dan Y adalah variabel-variabel yang diamati, sedangkan X dan Y,masing-masing adalah rata-rata atau mean sampel dari variabel random X dan Y.