BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Manusia
adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial. Manusia dikatakan makhluk
yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada
diri manusia tersimpan sejumlah kemempuan bawaan yang dapat diembangkan secara
nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa
daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari
luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk bimbingan
serta pengarahan. Binbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu
perkembangan tersebut pada hakekeatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan
manusia itu sendiri, yang sudaah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena
itu bimbingan tidak searah dengan potensi yang dimiki akan berdampak negative
bagi perkembangan manusia.Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasadan
berlanjut ke masa lansia. Ketika manusia meginjak masa dewasanya sudah terlihat
adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa
manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia
dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka
aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau
norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.
Dari sedikit
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Psikologi Perkembangan Pada
Manusia Tingat Dewasa yaitu ilmu yang mepelajari tentang perkembangan jiwa
manusia pada saat menginjak masa dewasa. Masa dewasa manusia dibagi menjadi 3 (
tiga ) tahap yaitu : Masa awal dewasa (early adulthood), Masa pertengahan
dewasa (middle adulthood), Masa akhir dewasa (late adulthood)
1.2 Rumusan Masalah :
1. Pembagian perkembangan masa dewasa dan Lansia
2. Krakteristik
perkembangan orang dewasa dan Lansia
3. Faktor – faktor
yang mrmprngaruhi perkembangan fisik orang dewasa dan
Lansia
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami
setiap tahap perkembangan dari masa dewasa dan
Lansia
2. Untuk memahami
krakteristik perkembangan orang dewasa dan Lansia
3. Untuk memahami
faktor – faktor yang mrmprngaruhi perkembangan
fisik orang dewasa dan Lansia
1.4
Manfaat :
1. Dapat
memahami setiap tahap perkembangan dari masa dewasa dan lansia
2. Dapat
memahami krakteristik perkembangan orang dewasa dan lasia
3. Dapat
memahami perkembangan fisik orang dewasa dan Lansia
BAB II
KAJIAN TEORI
KAJIAN TEORI
2.1 Teori
Pentahapan Menurut Erikson (1963)
Sesudah masa remaja yaitu masa
penemuan identitas sesorang sekaligus mamasuki masa dewasa awal yang ditandai
oleh intimitasi vs isolasi, maka seseorang tinggal mengalami dua fase lagi
meliputi sebagian besar masa hidupnya. Dalam fase ketujuh atau masa dewasa
pertengahan sesorang dapat berkembang kearah generativitas vs stagnasi,
sedangkan dalam fase kedelapan atau fase terakhir seseorang dapat berkembang
kearah integritas-ego vs putus asa. Erikson percaya pada Fase generativitas vs
stagnasi bahwa orang dewasa tengah berada pada posisi berbahaya menghadapi
persoalan hidup yang signifikan.
Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya.
Sebaliknya, stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984).
Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya.
Sebaliknya, stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984).
Generativitas mencangkup
rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan guna
meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya. Sebaliknya,
stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa
bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa
tengah baya, mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda
(Kotre, 1984).Melalui generativitas biologis, orang dewasa hamil dan melahirkan
anak. Melalui generativitas parental (orang tua), orang dewasa memberikan
asuhan dan bimbingan kepada anak-anak. Melalui generativitas kultural, orang
dewasa menciptakan, merenovasi atau memelihara kebudayaan yang akhirnya
bertahan. Dalam hal ini objek generatif adalah kebudayaan itu sendiri.Melalui
generativitas kerja, orang dewasa mengembangkan keahlian yang diturunkan kepada
orang lain. Dalam hal ini, individu generaf adalah seseorang yang mempelajari
keahlian.
Melalui generativitas, orang
dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui aspek-aspek
penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting), memimpin, mengajar dan
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat (Mc Adams, 1990). Orang
dewasa generatif mengembangkan warissan diri yang posif dan kemudian
memberikannya sebagai hadiah pada generasi berikutnya.Pada masa ini seseorang
tidak hanya di tuntut untuk memperhatikan perubahan-perubahan dirinya sendiri
melainkan tuntutan tanggung jawab atas generasi selanjutnya, maka tingkah laku
yang kreatif dalam mengembangkan kultur merupakan salah satu wujud generativias
dan perilaku membangun. Perubahan yang harus di capai adalah menetralisir sifat
egosentris (stagnasi). Fase ketujuh ini menurut Erikson akan menjadi tahap di
mana diperlukan dalam pengasuhan generasi muda.Integritas ego atau integritas
diri adalah perasaan menjadi bagian dari aturan yang ada di alam semesta,
dengan cara seseorang mencintai sesame maka akan menimbulkan keteraturan dunia.
Integritas ego juga memiliki arti masa penerimaan diri sendiri,mensyukuri nasib
dan mencintai orang tua sebagai alat keberadaannya di dunia. Seseorang yang telah
mencapai pertahanan diri (integritas diri) bersikap bijaksana dalam tingkah
lakunya. Jalan pintas yang dilakukan oleh seseorang yang gagal dalam tahap ini
akan memilih putus asa, hal ini akan menjadi sumber ketakutan yang mendalam
sehingga seakan-akan tidak ada ruang lagi untuk bergerak lebih aktif dan
dinamis. Perilaku yang ditimbulkan seperti penolakan terhadap orang lain,
lembaga-lembaga tertentu bahkan dirinya sendiri.Vaillant melukiskan
pertentangan antara “mempertahankan sesuatu yang bermakna dengan rigiditas”
maksudnya, interaksi generasi tengah baya yang akan memasuki masa tua dan
generasi muda yang ada di dunia kerja harus di seimbangkan. Generasi tengah
baya memasuki masa tua lebih bersikap rigid, yaitu tidak mau menerima pandangan
orang lain khususnya pandangan kaum muda. Sedang kaum muda akan berpikir
rasional sesuai dangan pencapaian “dewasa” yang identic dengan kebijaksaan
dalam bersikap.
2.2 Teori
Pentahapan Menurut Lavinson
Fokus perhatian Lavinson dalam
mempelajari fase-fase hidup manusia tertuju pada siklus hidup dari pada jalan
hidup seseorang. Jalan hidup seseorang berbeda-beda dari yang satu dengan yang
lain, apa yang berubah selama orang itu hidup merupakan struktur kehidupan yang
mengatur transaksi antara struktur kepribadian dengan struktur sosial. Lavinson
membedakan empat periode kehidupan, yaitu:
1. Masa
anak dan masa remaja (0-22 tahun)
2. Masa
dewasa awal (17-45 tahun)
3. Masa
dewasa madya (40-65)
4. Masa
dewasa akhir (60 ke atas)
Antara 17 dan 22 tahun seseorang
ada di dua masa. Ia meninggalkan masa pra-dewasa dan memasuki masa dewasa awal
yang mencangkup tiga periode, yaitu; pengenalan dengan dunia orang dewasa
(22-28 tahun), di mana orang akan mencari tempat dalam dunia kerja dan dunia
hubungan sosial untuk membentuk struktur kehidupan yang stabil. Pada usia
antara 28-33 tahun pilihan struktur kehidupan ini menjadi lebih tetap dan
stabil.Dalam fase kemantapan (33-40 tahun) seseorang dengan keyakinan yang
mantap menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha sebaik-baiknya. Impian
yang ada pada (17-33) mulai mencapai kenyataan. Pekerjaan dan keluargan
membentuk struktur peran yang memunculkan aspek-aspek kepribadian yang
diperlukan dalam fase tersebut.
Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itu mulailah peralihan ke masa madya (tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini seseorang memiliki tiga macam tugas:
Pada usia 40 tahun tercapailah puncak masa dewasa. Setelah itu mulailah peralihan ke masa madya (tengah baya antara usia 40-45 tahun), dalam masa ini seseorang memiliki tiga macam tugas:
1.
Penilaian kembali pada masa lalu
2.
Perubahan struktur kehidupan
3.
Proses individuasi
Artinya
seseorang menilai masa lalu dengan kenyataan yang ada saat ini, dan dengan
pandangan ke depan seseorang merubah struktur kehidupannya dengan penyesuaian
pemikiran rasional pada zaman ini pula. Proses individuasi akan membangun
struktur kehidupan baru yang berlangsung sampai fase penghidupan yang
berikutnya yaitu permulaan masa madya (45-50 tahun), fase berikutnya (50-55
tahun) sering kali merupakan krisis bila sesorang tidak sepenuhnya berhasil
dalam pensstrukturan kembali hidupnya pada peralihan ke dewasa madya. Sesudah
itu langkah puncak (55-60 tahun) sekaligus menandai masa dewasa
akhir.Penelitian Levinson mengemukakan tahun-tahun usia yang eksak dengan
pergeseran maksimum lima tahun, hal ini cenderung menuju pada eksak semu,
pengertian struktur kehidupan harus diteliti akan ketetapan penggunaannya.
Namun lavinson menitikberatkan bahwa pandangan akan siklus penghidupan yang
terlalu kaku atau terlambat tidak dapat dipertahankan lagi.
2.2.1
Teori Musim-Musim Kehidupan dari Levinson
Daniel Levinson (1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life (Musim-Musim Kehidupan Manusia) menekankan bahwa tugas-tugas perkembangan harus dikuasai pada masing-masing fase. Pada masa dewasa awal, dua tugas utama yang harus dikuasai adalah mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan struktur kehidupan yang stabil.
Menurutnya, usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana ia harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.
Pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Pada tahu-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM, Menjadi diri Sendiri).Pada usia 40, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia tengah baya.
Menurutnya,
perubahan ke masa dewasa tengah berlangsung kira-kira 5 tahun dan mengharuskan
orang dewasa untuk berusaha mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam
kehidupannya sejak masa remaja: (1) menjadi muda vs. menjadi tua, (2) menjadi
destruktif vs. menjadi konstruktif, (3) menjadi maskulin vs. menjadi feminism,
dan (4) terikat pada otang lain vs. terlepas dari mereka.
Menurutnya, keberhasilan transisi paruh baya kehidupan terletak pada seberapa efektif individu mengurangi sifat-sifat barlawanan dan menerima masing masing dari mereka sebagai integral dari keberadaanya.
Menurutnya, keberhasilan transisi paruh baya kehidupan terletak pada seberapa efektif individu mengurangi sifat-sifat barlawanan dan menerima masing masing dari mereka sebagai integral dari keberadaanya.
2.3 Teori Pentahapan Menurut Teori Santrok
Tugas-tugas perkembangan masa dewasa menurut santrok adalah :
1.
Efisiensi Fisik
Tugas memperhatikan aspek fisik
individu sudah menjadi hal yang biasa dalam setiap perkembangan. Namun, pada
tahap masa dewasa seseorang tidak lagi mengedepankan penampilan sebagai mana
yang pernah dilakukan ketika masa remaja, masa dewasa awal pun hampir tidak
lagi memperhatikan penampilan imitative sebagai pusat perhatian utama,
melainkan pandangan dalam aspek pekerjaan, membina rumah tangga yang sakinah,
dan bermasyarakat dengan relasi yang baik merupakan tugas paling diutamakan.
Disinilah efisiansi fisik orang dewasa bisa di lihat.
2.
Kemampuan Motorik
Motorik masa dewasa adalah gerak
aktif yang sudah tidak lagi bermain-main, menghabiskan waktu dengan hanya
bersenang-senang. Kemampuan motoric masa dewasa lebih bersifat intelegensi,
seperti pengamatan yang berhubungan dengan tingkah laku dan menyelesaikan
banyak hal dengan waktu yang bersamaan adalah salah satu tugas motoric sama
dewasa
3.
Kemampuan Mental
Disamping masa dewasa adalah masa
produktif yang berkelanjutan maka proses kognitif yang beriringan dengan mental
yang matang merupakan tugas masa dewasa baik dewasa awal ataupu masa dewasa
akhir
4.
Motifasi
Masa dewasa adalah waktu dimana
seseorang diharapkan memberi motifasi sesuai dengan fungsi dan tingkat usianya.
Juga tidak menutup kemungkinan sebagai seorang yang memberi, akan memerlukan
kekuatan untuk membuat motifasi terhadap orang lain agar tidak mengalami
keimbangan pemikiran.
5.
Model peran
Kemandirian seseorang pada masa
dewasa merupakan tujuan yang terjadi pada saat terjadinya masa dewasa awal,
sehingga pada tugasnya seseorang harus mampu berperan sebagai humanis yang bisa
menjadi panutan (model) baik bagi orang lain khususnya bagi diri sendiri.
2.4 Teori Transformasi Dari Gould
Roger Gould (1975, 1978, 1980,
1994) menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang transformasi
perkembangan. Menurutnya, paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa
remaja, dengan penegecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk
menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan
lebih sehat.
Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru; dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.
Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa.
Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru; dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.
Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. PENGERTIAN
LANSIA
3.1.1.Definisi Masa
Dewasa
- Sisi Biologis.
Suatu periode dalam
kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara
optimal dan kesiapan bereproduksi (berketurunan)
- Sisi psikologis.
Periode dalam
kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan,
diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan
orang lain jika menghadapi kegagalan, toleransi dan optimistis.
- Sisi pedagogis.
Suatu periode dalam
kehidupan yang ditandai dengan :
- Sense of responsibility.
- Prilaku normatif (nilai-nilai agama)
- Memiliki pekerjaan untuk penghidupan.
- Berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat.
3.1.2. Periode Perkembangan Masa
Dewasa.
Masa dewasa dibagi menjadi 3 periode (Hurlock,
1968), yaitu:
- Masa Dewasa Awal (Early Adulthood = 18/20 tahun – 40 tahun).
- Secara biologis merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif (pola hidup sehat).
- Secara psikologis, cukup banyak yang kurang mampu mencapai kematangan akibat banyaknya masalah dihadapi dan tidak mampu diatasi baik sebelum maupun setelah menikah, misalnya: mencari pekerjaan, jodoh, belum siap menikah, masalah anak, keharmonisan keluarga, dll.
- Tugas-tugas perkembangan (development task) pada usia ini meliputi : pengamalan ajaran agama, memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
- Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age = 40 – 60 tahun).
- Aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami (rematik, asam urat, dll).
- Tugas-tugas perkembangan meliputi : memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja belajar dewasa, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan pada aspek fisik, mencapai dan mempertahankan prestasi karier, memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
- Masa Dewasa Lanjut / Masa Tua (Old Age = 60 – Mati).
- Ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis (pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan interaksi sosial).
- Tugas-tugas perkembangan meliputi : Lebih memantapkan diri dalam pengamalan ajaran-ajaran agama. Mampu menyesuaikan diri dengan : menurunnya kemampuan fisik dan kesehatan, masa pensiun, berkurangnya penghasilan dan kematian pasangan hidup. Membentuk hubungan dengan orang seusia dan memantapkan hubungan dengan anggota keluarga.
- Faktor-faktor penyebab kegagalan melaksanakan tugas perkembangan, yaitu :
1.
tidak adanya bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas,
2.
tidak ada motivasi menuju kedewasaan.
3.
kesehatan yang buruk,
4.
cacat tubuh,
5.
tingkat kecerdasan rendah.
- Prilaku menyimpang (maladjustment) akibat tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan (terutama aspek agama) adalah : berzina, konsumsi miras dan naza, menelantarkan keluarga, sering ke hiburan malam, biang keladi kerusuhan (preman / provokator), melecehkan norma dalam masyarakat.
Dari uraian diatas, salah satu tugas
perkembangan masa dewasa adalah pemantapan kesadaran beragama. Terdapat asumsi
bahwa semakin bertambah usia seseorang maka semakin mantap kesadaran beragamanya.
Namun kenyataannya, tidak sedikit orang dewasa dengan perilaku yang
bertentangan dengan nilai agama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan
kehidupan beragama seseorang adalah karena keragaman-keragaman :
- pendidikan agama semasa kecil (menerima, tidak menerima),
- pengalaman menerapkan nilai-nilai agama (intensif, jarang, tidak pernah),
- corak pergaulan dengan teman kerja (taat beragama, melecehkan),
- sikap terhadap permasalahan hidup yang dihadapi (sabar, frustasi, depresi)
- orientasi hidup (materialistis-hedonis, moralis-agamis).
3.1.3. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa.
- Usia Mahasiswa sebagai Fase Usia Dewasa awal.
- Kenniston (Santrock dalam Chusaini, 1995: 73).
Masa dewasa awal
adalah masa muda yang merupakan periode transisi antara masa dewasa dan masa
remaja yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi sementara,
hal ini ditunjukkan oleh kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan.
- Lerner (1983 : 554)
Fase dewasa awal
adalah suatu fase dalam siklus kehidupan yang berbeda dengan fase-fase sebelum
dan sesudahnya, karena merupakan fase usia untuk membuat suatu komitmen pada
diri individu.
- Erikson (1959, 1963)
Fase usia dewasa
awal merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen dengan menciptakan suatu
hubungan interpersonal yang erat dan stabil serta mampu mengaktualisasikan diri
seutuhnya untuk mempertahankan hubungan tersebut.
Ø Ciri-ciri umum
perkembangan fase usia dewasa awal (Hurlock, 1991: 247-252) :
1)
Masa pengaturan (mulai menerima tanggung jawab
sebagai orang dewasa),
2)
Usia reproduktif (masa produktif memiliki keturunan),
3)
Masa bermasalah (muncul masalah-masalah baru seperti
pernikahan),
4)
Masa ketegangan emosional (pada wilayah baru
dgn permasalahan baru),
5)
Masa keterasingan sosial (memasuki dunia
kerja dan kehidupan keluarga),
6)
Masa komitmen (menentukan pola hidup dan tanggung
jawab baru),
7)
Masa ketergantungan (masih tergantung pada pihak lain),
8)
Masa perubahan nilai (orang dewasa awal ingin diterima
oleh anggota kelompok orang dewasa),
9)
Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru,
10) Masa kreatif (masa dewasa awal
adalah puncak kreatifitas).
- Fase dewasa awal jika dikaitkan dengan usia mahasiswa pada fase ini menunjukkan bahwa peran, tugas dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya pencapaian keberhasilan akademik, melainkan mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai-nilai secara cerdas dan mandiri, yang menunjukkan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial yang baru sebagai orang dewasa.
- Aspek-aspek Perkembangan Dewasa Awal.
Aspek-aspek perkembangan yang dihadapi
usia mahasiswa sebagai fase usia dewasa awal (Santrock, 1995 : 91-100) adalah:
1) Perkembangan fisik. Pada fase dewasa
awal adalah puncak perkembangan fisik dan juga penurunan perkembangan individu
secara fisik.
2) Perkembangan
seksualitas. Terjadi sikap dan prilaku seksual secara heteroseksual dan homoseksual.
3) Perkembangan
kogitif. Menggambarkan efisiensi dalam memperoleh informasi yang baru, berubah dari
mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan itu (Schaise, 1997).
4) Perkembangan karir. Suatu individu
ketika memulai dunia kerja yang baru harus menyesuaikan diri dengan peran yang
baru dan memenuhi tuntutan karir (Heise, 1991 ; Smither, 1998).
5) Perkembangan
sosio-emosional. Menggambarkan hubungan sosial individu dengan lingkungannya yang terdiri
dari 3 fase yaitu fase pertama (menjadi dewasa dan hidup mandiri), fase kedua
(pasangan baru yang membentuk keluarga baru (Goldrick, 1989)), dan fase ketiga
(menjadi keluarga sebagai orang tua dan memiliki anak).
- Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal.
Menurut Havigurst
(1961:259-265), tugas-tugas perkembangan dewasa awal adalah:
a. Memilih Pasangan Hidup.
- Calon pasangan mempersiapkan diri untuk memilih dan menemukan yang cocok, selaras dengan kepribadian masing-masing dan juga menyesuaikan dengan kondisi dan latar belakang kehidupan kedua calon keluarga masing-masing.
- Keputusan memilih sampai menentukan pasangan hidup adalah tanggung jawab baik pihak laki-laki maupun perempuan dengan pertimbangan dari pihak orang tua, keluarga dan bantuan pihak-pihak lain yang dipandang mampu.
- Menurut Norman (1992) :
Ø Pemenuhan kebutuhan
merupakan faktor utama dalam memilih pasangan pernikahan, karena kebutuhan dan
sifat individu dapat berlainan satu sama lain, beberapa orang akan lebih
memilih pasangan yang melengkapi dirinya.
Ø Pernikahan yang
dilandasi kebutuhan saling melengkapi terjadi akibat daya tarik lawan jenis (opposites
attract). Akibatnya ada individu dengan peran/figur dominan (memberikan
simpati, cinta dan perlindungan) terhadap pasangannya yang bersifat patuh atau submissive
(memperoleh simpati, cinta dan perlindungan). Peran dominan lazimnya oleh suami
dan peran isti bersifat submissive, apabila yang terjadi kebalikannya maka akan
terjadi konflik sosial.
Ø Dalam suatu pasangan,
sifat saling melengkapi tidak menuntut adanya kompromi antarindividu sebaliknya
individu yang karakternya bertentangan dengan pasangannya harus mengadakan
kompromi dengan pasangannya.
Ø Kebudayaan sangat
berpengaruh dalam penentuan pasangan hidup, dimana definisi kebudayaan
melahirkan istilah kriteria ideal dan standar ideal seleksi calon pasangan.
Pertama menetapkan kriteria ideal bagi calon pasangan, jika tidak terpenuhi
maka ditetapkan standar ideal pada individu yang dicintai.
b. Belajar Hidup Dengan Pasangan
Nikah.
Pada dasarnya adalah proses
menyesuaikan dua kehidupan individu secara bersama-sama dengan cara belajar
menyatakan dan mengontrol perasaan masing-masing pasangan seperti kemarahan,
kebencian, kebahagiaan, kasih sayang, kebutuhan biologis, sehingga seseorang
hidup dengan hangat dan harmonis. Perbedaan latar belakang orang tua dan
keluarga harus diperhatikan dalam proses penyesuaian dan pembelajaran lebih
lanjut dalam menempuh keluarga bahagian dan sejahtera.
c. Memulai Hidup Berkeluarga.
- Pasangan baru yang memulai kehidupan berkeluarga akan memperoleh banyak pengalaman baru yang penting bagi pasangan dan kehidupan keluarga, seperti hubungan seksual pertama, hamil pertama, punya anak pertama, konflik pertama dan interaksi sosial dengan keluarga pasangan.
- Dalam tugas perkembangan ini, Havigurst menguraikannya dari berbagai sudut pandang sebagai berikut:
a) Sifat tugas.
Memiliki anak
pertama dengan sukses merupakan manifestasi keberhasilan pernikahan dan
cenderung ukuran kesuksesan hadirnya anak berikutnya.
b) Dasar biologis.
Melahirkan anak
adalah suatu proses biologis, terlebih tugas melahirkan anak pertama merupakan
suatu proses biologis dan psikologis.
c) Dasar psikologis.
Secara psikologis,
pria dan wanita memiliki suatu tugas untuk menjadi ayah dan ibu. Tugas ini akan
sulit bagi wanita yang takut atau benci ide mengenai kehamilan, sebaliknya akan
mudah bagi wanita dengan sosok keibuan.
d) Dasar budaya.
Masalah kehamilan
pertama merupakan masalah yang muncul secara pandangan budaya bagi kelompok
sosial ekonomi kelas menengah dan kelas bawah dari suatu kelompok budaya
tertentu.
e) Implikasi sosial dan
pendidikan.
Keberhasilan pada
aspek ini memerlukan jenis pengetahuan tertentu bagi suami dan istri, sikap
serta peran dan tanggung jawab yang sepenuhnya dalam kehidupan berkeluarga
serta memiliki keturunan.
f) Memelihara anak.
Hadirnya anak
menjadikan tugas, peran dan tanggung jawab yang lebih besar bagi pasangan suami
istri karena mereka tidak hanya memikirkan lagi kehidupan mereka sendiri,
tetapi juga belajar memenuhi kebutuhan anak sehingga anak mencapai perkembangan
secara optimal.
g) Mengelola rumah
tangga.
Kehidupan keluarga
dibangun dengan kesiapan keseluruhan baik fisik dan mental yang bergantung pada
kesiapan dan keberhasilan dalam mengelola rumah tangga sesuai peran, tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
h) Mulai bekerja.
Dalam menghadapi
tugas perkembangan ini, pria dewasa awal sering menunda mencari calon pasangan
hidup sebelum memperoleh pekerjaan. Berbeda dengan wanita dewasa awal yang
cenderung belum aktif menghadapi tuntutan pekerjaan.
i)
Bertanggung jawab sebagai warga negara.
Individu dewasa awal
sebaiknya mulai menunjukkan rasa tanggung jawab bagi kesejahteraan baik bagi
keluarga, tetangga, kelompok masyarakat, sebagai warga negara atau organisasi
politik.
j)
Menemukan kelompok sosial yang serasi
Pernikahan
menunjukkan tujuan dan langkah awal menemukan kelompok sosial yang serasi.
Bersama-sama sebagai pasangan mencari teman baru, orang-orang seumur mereka dan
dengan orang dimana mereka dapat mengembangkan suatu kehidupan sosial
3.1.4.
Ciri Manusia Dewasa
Ciri-ciri manusia dewasa :
- Diam Aktif
Ciri khas umat Dewasa diawali dengan Diam Aktif yaitu kemampuan untuk menahan diri dalam berkomentar. Orang yang memiliki kedewasaan dapat dilihat dari sikap dan kemampuannya dalam mengendalikan lisannya, seorang anak kecil, saudaraku apa yang dia lihat biasanya selalu dikomentari.
Orang tua yang kurang dewasa mulutnya sangat sering berbunyi, semua hal dikomentari.,ketika dia melihat sesuatu langsung dipastikan akan dikomentari, ketika menonton televisi misalnya ; komentar dia akan mengalahkan suara dari televisi yang dia tonton . Penonton tv yang dewasa itu senantiasa bertafakur, acara yang dia tonton senantiasa direnungkan. - Empati (memahami perasaan)
Ciri kedewasaan selanjutnya dapat dilihat dari Empati. Anak-anak biasanya belum dapat meraba perasaan orang lain, orang yang bertambah umurnya tetapi tidak dapat meraba perasaan orang lain berarti belum dapat disebut dewasa. Kedewasan seseorang dapat dilihat dari keberanian melihat dan meraba perasaan orang lain. Seorang ibu yang dewasa dan bijaksana dapat dilihat dari sikap terhadap pembantunya yaitu tidak semena-mena menyuruh, walaupun sudah merasa menggajinya tetapi bukan berarti berkuasa, bukankah di kantor ketika lembur pasti ingin dibayar overtime? tetapi pembantu lembur tidak ada overtime? semakin orang hanya mementingkan perasaannya saja maka akan semakin tidak bijaksana. - Hati-hati
Orang yang dewasa, cirinya hati-hati, dalam bertindak. Orang yang dewasa benar-benar berhitung tidak hanya dari benda, tapi dari waktu ; tiap detik, tiap tutur kata, dia tidak mau jika harus menanggung karena salah dalam mengambil sikap. Anak-anak atau remaja biasanya sangat tidak hati-hati dalam bercakap dan mengambil keputusan.Orang yang bersikap atau memiliki kepribadian dewasa dapat dilihat dalam kehati-hatian memilih kata, mengambil keputusan, mengambil sikap, karena orang yang tidak dewasa cenderung untuk bersikap ceroboh. - Sabar
Orang yang dewasa terlihat dalam kesabarannya (sabar), kita ambil contoh, didalam rumah seorang ibu mempunyai 3 orang anak, yang satu menangis, kemudian yang lainnya pun ikut menangis sehingga lama-kelamaan menjadi empat orang yang menangis , mengapa ? karena ternyata ibunya menangis pula. Ciri orang yang dewasa adalah sabar, dalam situasi sesulit apapun lebih tenang, mantap dan stabil. - Tanggung jawab
seseorang yang dewasa benar-benar mempunyai sikap yang amanah, memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab. Untuk melihat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya bertanggungjawab, sebagai contoh ; seorang ayah dapat dinilai bertanggung jawab atau tidak yaitu dalam cara mencari nafkah yang halal dan mendidik anak istrinya ? Bukan masalah kehidupan dunia , yang menjadi masalah mampu tidak mempertanggungjawabkan anak-anak ketika pulang ke akherat nanti ? Ke surga atau neraka? Oleh karena itu orang tua harus bekerja keras untuk menjadi jalan kesuksesan anak-anaknya di dunia dan akherat.
- Motivator
Kesuksesan kita adalah bagaimana kita bisa memompa diri kita dan menyukseskan orang-orang disekitar kita, tidak hanya sekedar bisa menilai dan menyalahkan. kalau ingin tahu kesuksesan kita coba lihat perkembangan keluarga kita, istri dan anak-anak kita maju tidak? lihat sanak saudara kita pada maju tidak? Jangan sampai kita sendirian yang maju, tapi sanak saudara kita hidup dalam kesulitan, ekonominya seret, pendidikan seret., sedang kita tidak ada kepedulian. Berarti itu sebuah kegagalan., kedewasaan seseorang itu, dilihat dari bagaimana kemampuan memegang amanah ?
3.1..5. Perkembangan Orang Dewasa
1.
Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa
terus berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan serta
hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat
sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan
ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan hidup, kebiasaan
makan, dan pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan
berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih meluas atau komprehensif
dan mendalam. Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi yang
dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang
dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3. Pada masa dewasa,
berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman moral, orang dewasa mengubah
pemikiran-pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Orang Dewasa
1.
Menurut aliran nativisme, perkembangan orang dewasa
ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir (pembawaan/hereditas).
2. Aliran empirisme,
berpendapat bahwa perkembangan orang dewasa semata-mata tergantung pada faktor
lingkungan.
3. Aliran konvergensi
menyatakan bahwa perkembangan orang dewasa ditentukan oleh faktor pembawaan dan
lingkungan.
4.
Faktor-faktor yang mempermudah perkembangan orang
dewasa adalah kekuatan fisik, kemampuan motorik, kemampuan mental, motivasi untuk
berkembang, dan model peran.
Perbedaan individual Orang Dewasa
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan
individual orang dewasa adalah faktor lingkungan, pembawaan dan pengalaman.
2. Unsur-unsur
perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan dan pembawaan
adalah perbedaan dalam minat, kepribadian, dan kecakapan (kecerdasan).
1.
Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali
dari super ego serta besarnya dorongan kompleks terdesak (Freud);
18. Kebutuhan agresi.
3.2.
MASA TUA
3.2.1.
DEFINISI MASA TUA
Usia
lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai
dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Proses menua (lansia) adalah proses
alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua :
-
Menurut Hurlock (2002),
tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini yang
berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang
dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua
muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia
tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes, Smith&Staudinger,
Charness&Bosmann) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda (Johnson&Perlin).
-
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock,
2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia,
yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia
dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
-
Menurut Bernice Neugarten (1968) James
C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
dengan keberhasilannya.
-
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara
nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
-
Menurut Prayitno dalam Aryo (2002)
mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang
yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya
mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
-
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada
usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium,
pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau
kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan
demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
-
Kelompok lanjut usia adalah kelompok
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
-
Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok
lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
b) Kelompok
lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok
lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut
usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan
dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
3.2.2.
CIRI - CIRI MASA TUA
a. Menurut
Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu :
• Usia
lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran
pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila
memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
• Orang
lanjut usia memiliki status kelompok minoritas. Lansia
memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
• Menua
membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran
tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
• Penyesuaian
yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang
lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk.
Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
3.2.3.
KARAKTERISTIK
MASA TUA
Menurut Butler
dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik lansia yang
bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah:
•
keinginan untukmeninggalkan warisan;
•
fungsi sebagai seseorang yangdituakan;
•
kelekatan dengan objek-objek yang
dikenal;
•
perasaan tentang siklus kehidupan;
•
kreativitas,
•
rasa ingin
tahu dan kejutan (surprise);
•
perasaan tentang penyempurnaan atau
pemenuhan kehidupan;
•
konsep diri dan
penerimaan diri;
•
kontrol terhadap takdir dan
•
orientasi ke dalam diri;
•
kekakuan dan kelenturan.
Ø Perubahan Fisik Pada Masa
Tua
Perkembangan fisik pada masa lansia terlihat pada
perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan mengalami kemunduran,
perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa lansia yang terlihat adanya
kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap
kondisi psikologis.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut,
membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode periode
usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan perubahan dalam
penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan penekanan pentingnya
perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan yang mencatat
bahwa kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada
periode lansia menurut Elida Prayitno yaitu:
- Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel tubuh.
Penurunan
mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak tidak seimbang dengan
jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh lebih banyak kehilangan
sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai pengganti. Diperkirakan orang berusia
antara umur 65 – 70 tahun akan kehilangan 20 % dari keseluruhan sel-sel saraf
yang dimilikinya.
- Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
Pada
proses ini terjadi banyak kegagalan dalam pergantian sel-sel tersebut sehingga
lansia lebih lama sembuh apabila mengalami sakit.
Kehilangan
sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan kekuatan dan efisiensi fungsi tubuh,
dan kemampuan indera perasa pada lansia. Hal ini terkait dengan perubahan otot,
yaitu terjadinya penurunan zat kolagen yang berfungsi untuk menjaga elastisitas
- Penurunan Dorongan Seks. Menurut Master dan Johnson (1968) bahwa secara psikologis tidak ada alasan mengatakan bahwa orang yang sudah tua tidak dapat lagi menikmati hubungan seks dengan pasangannya, bahkan wanita mengalami pembaruan minat dan kesenangan terhadap hubungan seks. Pada pria yang telah mengalami klimakterium akan memerlukan waktu lama untuk mencapai ereksi dan lebih lama jarak periode refactory, namun bukan berarti mereka terkena impoten. Terpeliharanya ekspresi seksual tergantung pada kesehatan fisik dan mental lansia tersebut
Menurut
Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa
akhir, diantanya adalah :
1.
Daerah kepala
- Hidung menjulur lemas
- Bentuk mulut akan berubah karena hilangnya gigi
- Mata kelihatan pudar
- Dagu berlipat dua atau tiga
- Kulit berkerut da kering
- Rambut menipis dan menjadi putih
2.
Daerah Tubuh
·
Bahu membungkuk dan tampak mengecil
·
Perut membesar dan tampak membuncit
·
Pinggul tampak menggendor dan tampak
lebih besar
·
Garis pinggang melebar
·
Payudara pada wanita akan mengendor
3.
Daerah persendian
·
Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa
berat
·
Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah
balik menonjol
·
Tangan menjadi kurus kering
·
Kaki membesar karena otot-otot mengendor
·
Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan
mengapur.
3.2.4.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
Proses menua (aging)
adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lansia.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Ada beberapa faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut
hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang
memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang,
enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh,
dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan
potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai
gangguan fisik seperti :
-
Gangguan jantung
-
Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus
-
Vaginitis
-
Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
-
Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangat kurang
-
Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer.
Faktor
psikologis yang menyertai lansia antara lain :
- Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
- Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
- Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
- Pasangan hidup telah meninggal.
- Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah
orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
- Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
- Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
- Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
- Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
- Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
d.
Perubahan yang Berkaitan Dengan
Pekerjaan
Pada umumnya
perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah
agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan
harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya.
e.
Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat
Akibat berkurangnya
fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul
gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya
menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek
dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
3.2.5.
PERKEMBANGAN ORANG
LANSIA
1.
Penyesuaian Diri Dalam Kehidupan Sosial
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya daripada
mendengarkan pendapat orang lain. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan
hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi
merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock,
2002, h.239)
2.
Penyesuaian Diri Terhadap Keluarga
Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa
memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak
dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak
memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55
tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya
dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan.
Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung
jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas
ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas
kehidupan sehari-hari.
3.
Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam
penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi
hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa
cemas ketika mereka beranjak tua. Takut di tinggalkan oleh keluarga, takut
merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun
begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau
tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya
memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
Menurut teori aktivitas (activity
theory), semakin orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil
kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan mereka merasa
puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi para dewasa lanjut untuk
menemukan peran-peran pengganti untuk tetap menjaga keaktifan mereka dan
keterlibatan mereka didalam aktivitas kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas
pengganti ini maka dapat menghindari individu dari perasaan tidak berguna,
tersisihkan, yang membuat mereka menarik diri dari lingkungan.
Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social breakdown-reconstruction theory) (Kuypers & Bengston,
1973) menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative
yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka.
Rekonstruksial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari
orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung
mereka. Ketersediaan layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka
mengeanai lingkungan sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif
dengan layanan yang ada dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial
yang negatif dan meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu
(incompetent). Dorongan untuk
berpartisipasi aktif orang-orang dewasa lajut di masyarakat dapat meningkatkan
kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.
3.2.6.
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA TUA
a. Gangguan persepsi
Halusinasi dan ilusi
pada lanjut usia merupakan fenomena yang disebabkan oleh penurunan ketajaman
sensorik. Pemeriksa harus mencatat apakah penderita mengalami kebingungan
terhadap waktu atau tempat selama episode halusinasi dapat disebabkan oleh
tumor otak dan patologo fokal yang lain.
b. Proses berpikir
Gangguan pada
progresi pikiran adalah neologisme, gado-gado kata, sirkumstansialitas,
asosiasi longgar, asosiasi bunyi, flight of ideas, dan retardasi. Hilangnya
kemampuan untuk dapat mengerti pikiran abstrak.
c. Gangguan Sensorik
dan Kognitif
Sensorik
mempermasalhkan fungsi dari indra tertentu, sedangkan kognitiv merupakan
kemampuan seseorang untuk menerima, mengolah, menyimpan dan menggunakan kembali
semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur,
memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi
(bahasa), bergerak (motorik), dan merencanakan /melaksanakan keputusan (eksekutif) juga
intelektual.
d. Gangguan Kesadaran
Indikator yang peka
terhadap disfungsi otak adalah adanya perubahan kesadaran, adanya fluktuasi
tingkat kesadaran. Pada keadaan yang berat penderita dalam keadaan somnolen
atau stupor.
e. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi
terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan
orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan
buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode
stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan
dua cara: Apakah penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui
tanggal, tahun, bulan dan hari.
f. Gangguan Daya ingat
Daya ingat dinilai
dalam hal daya ingat jangka panjang, pendek dan segera.Tes yang diberikan pada
penderita dengan memberikan angka enam digit dan penderita diminta untuk
mengulangi maju mundur. Penderita dengan daya ingat yang tak terganggu biasanya
dapat mengingat enam angka maju dan lima angka mundur. Daya ingat jangka
panjang diuji dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir, nama dan hari ulang
tahun anak-anak penderita. Daya ingat jangka pendek dapat diperiksa dengan
beberapa cara, misalnya dengan menyebut tiga benda pada awal wawancara dan
meminta penderita mengingat kembali benda tersebut akhir wawancara atau dengan
memberikan cerita singkat pada penderita dan penderita diminta untuk mengulangi
cerita tadi secara tepat/persisi.
g. Gangguan Fungsi
intelektual
Konsentrasi,
informasi dan kecerdasan. Sejumlah fungsi intelektual mungkin diajukan untuk
menilai pengetahuan umum dan fungsi intelektual. Menghitung dapat diujikan
dengan meminta penderita untu mengurangi 7 dari angka 100 dan mengurangi 7 lagi
dari hasil akhir dan seterusnya sampai tercapai angka 2.
Perasaan-perasaan yang Timbul pada Masa Tua
(Lansia)
Mood, perasaan dan
afek. Di negara lain, bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian pada
golongan usia lanjut. Oleh karena itu pemeriksaan ide bunuh diri pada penderita
lanjut usi sangat penting. Perasaan kesepian, tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya adalah gejala depresi. Kesepian merupakan alasan yang paling
sering dinyatakan oleh para lanjut usia yang ingin bunuh diri. Depresi
merupakan resiko yang tinggi untuk bunuh diri.
a. Kesepian
Kesepian atau
loneliness,biasanya dialami oleh seorang lanjut usia pada saat meninggalnya
pasangan hidup atau teman dekat ,terutama bila dirinya sendiri saat itu juga
mengalami penurunan status kesehatan,misalnya menderita berbagai penyakit fisik
berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik,terutama gangguan pendengaran
(Brocklehurst-Allen,1987).
Harus dibedakan
antara kesepian dengan hidup sendiri.Banyak diantara lansia yang hidup sendiri
tidak mengalami kesepian,karena aktivitas sosial yang masih tinggi,taetapi
dilain pihak terhadap lansia yang walaupun hidup dilingkungan yang
beranggotakan cukup banyak ,mengalami kesepian.
Pada penderita kesepian ini
peran dari organisasi sosial sangat berarti,karena bisa bertindak
menghibur,memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial
penderita,disamping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan dirumah bila bila
memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
b.
Depresi
Menurut kriteria
baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R Yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater
Amerika, diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini (Van der
Cammen,1991) untuk diagnosis depresi:
- Perasaan tertekan hampir sepanjang hari
- Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau hampir semua aktivitas.
- Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata.
- Isomnia atau justru hipersomnia.
- Agitasi atau retardasi psikomotorik.
- Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan.
- Perasaan tidakn berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi).
- Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.
- Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri
- Takdapat dibuktikan bahwa perasaan/gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan organik
- Gangguan tersebut bukan suatu reaksi normal atas kematian seseorang yang dicintainya (Komplikasi duka-cita).
- Pada saat gangguan tersebut tidak pernah terjadi ilusi atau halusinasi selama berturut-turut 2 minggu tanpa adanya gejala perasaan hati yang nyata (misal sebelum gejala perasaan hati tersebut atau setelah perasaan hati menjadi lebih baik).
- Tidak merupakan superimposing pada suatu skizofrenia, gangguan skizofreniform,gangguan delusional atau psikotik.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Makhluk hidup
mempunyai fase dimana manusia yang paling besar adalah fase manusia dewasa awal
merupakan masa dewasa atau satu tahap yang dianggap kritikal selepas alam
remaja yang berumur dua puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an). Ia
dianggap kritikal karena disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap
awal pembentukan karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu
membuat pilihan yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan
keluarga. Pada masa ini juga seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan
dan keluarga. Berbagai masalah mulai timbul terutama dalam perkembangan karir
dan juga hubungan dalam keluarga.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk dirinya serta mereka berudaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.
4.2 SARAN
1.
Faktor lingkungan perkembangan orang dewasa dan
lansia sangat berpengaruh terhadap perkembangan nya. Jadi kita harus
memperhatikan lingkungan disekitar kita supaya faktor lingkungan yang
mempengaruhi baik juga.
2.
Seseorang untuk berkembang. Apabila remaja telah
mencapai usia dewasa secara hukum, mereka berkeinginan kuat untuk dianggap
sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Jadi
seseorang biasanya menggangap dirinya dewasa karena hukum padahal secara sifat
belum tentu mereka dewasa secara sifat
3.
Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan
diri pada situasi- situasi baru adalah mengingat kembali hal-hal yang dulu pernah
dipelajari, penalaran analogis dan berpikir kreatif. Kemampuan mental ini
mencapai puncaknya dalam usia 20-an, kemudian sedikit demi sedikit menurun
hingga ke tahap lansia, Maka dari itu kemampuan mental seseorang dapat menurun
diatas usia 40 tahun ke atas.
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 1998. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
Anderson, JE. 1951. The Psychology of Development and Personal Adjustment. New York: Henry Holt.
Andi Mappire. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha nasional.
Becker, H.S. 1953. Human Development and Education. New York: Longman.
Hurlock, E.B. 1980. Development Psychology. New York: Mc Graw-Hill, Inc.
Juntika Nurihsan. 2000. Bimbingan dan Konseling untuk Orang Dewasa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
http://www.masbow.com/2010/09/perkembangan-dewasa-akhir.html
http://belajarpsikologi.com/perkembangan-kognitif-masa-dewasa-akhir/
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/psikologi-perkembangan-dewasa-awal/
http://www.psikologizone.com/teori-teori-fase-dewasa/06511569
http://aprillianpravitasari.blog.com/2011/07/06/perkembangan-psikososal-dewasa-awal/
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/masa-dewasa-madya-40-60-tahun
http://rawapening.wordpress.com/2009/04/16/santrock-memandang-perkembangan-dewasa/
http://qalbinur.wordpress.com/2008/03/27/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal/
http://allabout-psikologi.blogspot.com/2009/11/dewasa-madya.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2010/03/perubahan-fisik-dewasa-madya.html